Monday, October 27, 2008

PERANG KEMERDEKAAN DI MADURA

PERANG KEMERDEKAAN DI MADURA

Oleh : Bangkalan Memory

Gerakan pembersihan didalam daerah yang telah diduduki oleh Belanda berjalan tidak selancar seperti diperkirakan semula. Hambatan dan gangguan dari pihak pejuang-pejuang yang bertubi-tubi tidak memberi kesempatanpada tentara Belanda dan pemerintahan sipilnya yang disebur Recomba untuk dapat diam dan bersenang-senang.

Dengan demikian Belanda terpaksa mengakui dan menyadari bahwa Jawa Timur tidak sepenuhnya dapat dikuasai. Oleh karena itu Belanda berkesimpulan bahwa harus ada aksi lanjutanuntuk dapat menguasai sisa daerah Karesidenan, agar dapat dikatakan bahwa seluruh daerah Jawa Timur sudah dapat diduduki. Hal semacam itu berlaku dan terjadi pula bagi daerah Jawa Tengah, Jawa Barat dan lain-lain seperti di Sumatra dan sebagainya. Menaklukkan dan menduduki pulau Madura terlebih dahuludengan kekuatan besar-besaran (tidak seimbang dengan kecilnya Pulau Madura), merupakan strategi dan taktik Belanda dan mereka memperkirakan bahwa dalam 7 hari saja seluruh Pulau Madura dapat mereka kuasai. Perkiraan tersebut berdasarkan pada kondisi Madura yang tidak atau kurang memungkinkan perang gerilya, karena daerahnya hampir semuanya datar, sehingga mudah didatangi oleh pihak Belanda. Dari segi ekonomis, alamnya minus dan hasil buminya hanya cukup dimakan oleh penduduk selama empat bulan. Tentara Belanda yang berkedudukan di Jawa Timur adalah Divisi I berada di Surabaya, yang didampingi oleh Van der Plas, seorang Islamolog yang pandai berbahasa Madura dan pernah menjabat Gubernur Jawa Timur dalam jaman penjajahan. Ia berusaha mendekati/mengambil hati rakyat Madura umumnya, para Ulama, Kyai dengan pesantrennya pada khususnya. Dalam kenyataannya, rakyat Madura yang bersatu kompak dengan Tentara Keamanan Rakyat, Kelaskaran, Kepolisian, Mobbrig dan ALRI menyuguhkan perlawanan yang gilang-gemilang, sehingga waktu tujuh hari jauh terlampaui dan baru setelah tiga bulan dengan susah payah akhirnya Belanda mencapai hasil dapat menguasai/menaklikkan Madura seluruhnya.

KONDISI PERTAHANAN Sebelum terjadinya Aksi Militer Belanda I (Clash I) Pulau Madura dipertahankan oleh satu Residen dengan enam Batalyon Tentara Nasional Indonesia ditambah dengan Badan-Badan Kelaskaran Perjuangan, dan rakyat jelatapun ikut serta didalamnya termasuk para Kyai dan kaum wanita yang lazim disebut Perjuangan Rakyat Semesta. Pulau Madura dibagi menjadi 4 Sektor, yaitu 1. Sektor I Madura Barat, meliputi : Daerah Bangkalan yang dipimpin oleh Mayor Hanafi dan Mayor Azis. 2. Sektor II meliputi : Daerah Sampang/Waru yang dipimpin oleh Mayor R. Cokrodirejo. 3. Sektor III meliputi : Daerah Pamekasan yang dipimpin oleh Mayor Sulaiman. 4. Sektor IV meliputi : Daerah Sumenep yang dipimpin oleh M. Abdul Majid. Kemudian sewaktu Clash dimulai, atas perintah Komandan Resimen 35/ Komandan Sub Territorial, pimpinan Sektor III dialihkan kepada Mayor RS. Mangkudiningrat, berhubung dengan kesehatan Mayor Sulaiman tidak mengijinkan. Seluruh Madura dalam halm itu berada dibawah pimpinan Tentara Keamanan Rakyat/Tentara Nasional Indonesia dengan Letnan Kolonel Chandra Hassan sebagai Komandan Resimen 35, Sub Territorial Madura. Pertahanan Tentara Keamanan Rakyat/Tentara Nasional Indonesia dimasa Republik Indonesia, bila dibandingkan dengan pada waktu penjajahan Belanda dan Jepang memang jauh berbeda baik dala hal persenjataan maupun dalam hal perlengkapan-perlengkapan lainnya. Setiap Batalyon hanya bersenjatakan lebih kurang 30 senapan, 4 senapan mesin/mitraliur yang sudah tua dan sering macet. Diantara Batalyon-Batalyon tersebut ada yang mempunyai mortir (tidak lengkap) dan watermantel. Perlu disebutkan pula bahwa masa-masa menjelang Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, secara diam-diam Jepang membuang semua senjata dari kelima Daidan/Batalyon PETA ke dalam laut Selat Madura, setelah secara halus 5 Daidan/Batalyon PETA tersebut dibubarkan. Selain itu masyarakat umum telah maklum bahwa seteh Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia perlengkapan keperluan ketentaraan harus direbut dari Tentara Jepang yang ternyata mendapatkan perlawanan dari pihak Jepang. Perlu diketahui bahwa dalam keadaan yang serba kurangdan kesibukan penyusunan organisasi termasuk pencarian dan pengusahaan tambahan kelengkapan senjata, Tentara Republik Indonesia dihadapkan kepada situasi yang sulit dalam menghadapi pihak Belanda yang mengekor tentara Sekutu mendarat di belakangnya.

SEKTOR I, MADURA BARAT (DAERAH KABUPATEN BANGKALAN) Susunan dan kekuatan Residen Asmoroyudo pada akhir tahun 1946, sebelumnya dilancarkan Clash I oleh Belanda, Resimen V tersebut terdiri dari 4 Batalyon, antara lain : 1. Batalyon Imbran, lokasi di Kamal - Batuporron 2. Batalyon Azis, lokasi di Sukolilo - Kwanyar 3. Batalyon Warsito, lokasi di Sampang dan sekitarnya 4. Batalyon Hanafi, lokasi di Bangkalan - Arosbaya dalam rangka reorganisasi Tentara Rakyat Indonesia keseluruhan berdasarkan perintah Panglima Divisi Narotama, Resimen V tersebut harus dilebur dan dilikwidasi ubtuk digabung dengan Resimen VI, sehingga terbentuk Resimen 35 dibawah pimpinan Letnan Kolonel Chandra Hassan yang bermarkas di Pamekasan. Kekuatan Resimen V dibawah pimpinan Letnan Kolonel Asmoroyudo, mempunyai persenjataan keseluruhannya hanya sebesar 1 Batalyon ditambahbattery pom-pom 20 mm dan dua pucuk senapan mesin 12,7 mm. Inti kekuatan tersebut bertumpu pada Batalyon Hanafi yang mempunyai persenjataan sebagai berikut : 4 Senapan Mesin Hotchkiss (Air Cooling) 4 Senapan Mesin Colt (Water Cooling) 3 Mortir 81 mm 4 Senapan Mesin Hamburg (Belgie) 300 Pucuk Senapan Jepang 25 Picuk Pistol Batalyon yang lain tidak riil, misalnya Batalyon Azis persenjataannya 1 berbanding 30, Batalyon Imbran lebih kurang lagi.

Dikutip dari : Buku Perjuangan Kemerdekaan Republik Indonesia di Madura
http://www.bangkalan-memory.net

0 comments:

Post a Comment