Friday, October 31, 2008

Penyerbuan Bangsa Mongol Ke Jawa

Penyerbuan Bangsa Mongol Ke Jawa : Runtuhnya Kerajaan Singasari dan Munnculnya Kerajaan Majapahit






Setelah meruntuhkan kerajaan Tang, orang-orang Mongol kemudian mendirikan sebuah pemerintahan baru yang diberi nama Sung (Song). Salah satu anak Jenghis Khan, sang penakluk kerajaan Cina, bernama Kublai Khan menjadi raja pertamanya. Keinginan untuk memperluas pengaruh bangsa Mongol setelah menjajah Cina adalah menundukkan kerajaan-kerajaan lain di wilayah Asia Tenggara dan Asia Timur dengan menggunakan kekuatan militer dan politik.
Caranya dengan meminta para penguasa lokal untuk mengakui kaisar Mongol sebagai penguasa tunggal dan mengharuskan raja-raja lokal tersebut untuk mengirim upeti (tribute) kepada kaisar Cina. Salah satunya adalah ke Jawa yang kala itu diperintah oleh Raja Kartanagara dari kerajaan Singhasari.

Untuk maksud tersebut, Kublai Khan mengirim seorang utusan bernama Meng Chi ke Jawa meminta raja Kartanagara untuk tunduk di bawah kekuasaan Cina. Merasa tersinggung, utusan itu dicederai wajahnya oleh Kartanagara dan meingirimnya pulang ke Cina dengan pesan tegas bahwa ia tidak akan tunduk di bawah kekuasaan raja Mongol. Perlakuan Kartanegara terhadap Meng Chi dianggap sebagai penghinaan kepada Kublai Khan. Sebagai seorang kaisar yang sangat berkuasa di daratan Asia saat itu, ia merasa terhina dan berniat untuk menghancurkan Jawa yang menurutnya telah mempermalukan bangsa Mongol.

Peristiwa penyerbuan ke Jawa ini dituliskan dalam beberapa sumber di Cina dan merupakan sejarah yang sangat menarik tentang kehancuran kerajaan Singhasari dan munculnya kerajaan Majapahit, seperti yang dapat kita baca dalam buku nomor 162 dari masa pemerintahan Dinasti Yuan yang terjemahannya dapat dibaca dalam buku W.P. Groeneveldt berjudul Historical Notes on Indonesia and Malaya Compiled from Chinese Sources (1963: 20-31).

Disebutkan bahwa utusan yang dikirim ke Jawa terdiri dari tiga orang pejabat tinggi kerajaan, yaitu Shih Pi, Ike Mese, dan Kau Hsing. Hanya Kau Hsing yang berdarah Cina, sedangkan dua lainnya adalah orang Mongol. Mereka diberangkatkan dari Fukien membawa 20.000 pasukan dan seribu kapal. Kublai Khan membekali pasukan ini untuk pelayaran selama satu tahun serta biaya sebesar 40.000 batangan perak. Shih Pi dan Ike Mese mengumpulkan pasukan dari tiga provinsi: Fukien, Kiangsi, dan Hukuang. Sedangkan Kau Hsing bertanggung jawab untuk menyiapkan perbekalan dan kapal. Pasukan besar ini berangkat dari pelabuhan Chuan-chou dan tiba di Pulau Belitung sekitar bulan Januari tahun 1293. Di sini mereka mempersiapkan penyerangan ke Jawa selama lebih kurang satu bulan.

Perjalanan menuju Pulau Belitung yang memakan waktu beberapa minggu melemahkan bala tentara Mongol karena harus melewati laut dengan ombak yang cukup besar. Banyak prajurit yang sakit karena tidak terbiasa melakukan pelayaran. Di Belitung mereka menebang pohon dan membuat perahu (boats) berukuran lebih kecil untuk masuk ke sungai-sungai di Jawa yang sempit sambil memperbaiki kapal-kapal mereka yang telah berlayar mengarungi laut cukup jauh.

Pada bulan kedua tahun itu Ike Mese bersama pejabat yang menangani wilayah Jawa dan 500 orang menggunakan 10 kapal berangkat menuju ke Jawa untuk membuka jalan bagi bala tentara Mongol yang dipimpin oleh Shih Pi. Ketika berada di Tuban mereka mendengar bahwa raja Kartanagara telah tewas dibunuh oleh Jayakatwang yang kemudian mengangkat dirinya sebagai raja Singhasari.

Oleh karena perintah Kublai Khan adalah menundukkan Jawa dan memaksa raja Singhasari, siapa pun orangnya, untuk mengakui kekuasaan bangsa Mongol, maka rencana menjatuhkan Jawa tetap dilaksanakan. Sebelum menyusul ke Tuban orang-orang Mongol kembali berhenti di Pulau Karimunjawa untuk bersiap-siap memasuki wilayah Singhasari. Setelah berkumpul kembali di Tuban dengan bala tentara Mongol.

Diputuskan bahwa Ike Mese akan membawa setengah dari pasukan kira-kira sebanyak 10.000 orang berjalan kaki menuju Singhasari, selebihnya tetap di kapal dan melakukan perjalanan menggunakan sungai sebagai jalan masuk ke tempat yang sama. Sebagai seorang pelaut yang berpengalaman, Ike Mese, yang sebenarnya adalah suku Uigur dari pedalaman Cina bukannya bangsa Mongol, mendahului untuk membina kerja sama dengan penguasa-penguasa lokal yang tidak setia kepada Jayakatwang.

Menurut cerita Pararaton, kedatangan bala tentara Mongol (disebut Tartar) adalah merupakan upaya Bupati Madura, Aria Wiraraja, yang mengundangnya ke Jawa untuk menjatuhkan Daha. Aria Wiraraja berjanji kepada raja Mongol bahwa ia akan mempersembahkan seorang puteri cantik sebagai tanda persahabatan apabila Daha dapat ditundukkan. Surat kepada raja Mongol disampaikan melalui jasa pedagang Cina yang kapalnya tengah merapat di Jawa (Pitono, 1965: 44).

Armada kapal kerajaan Mongol selebihnya dipimpin langsung oleh Shih Pi memasuki Jawa dari arah sungai Sedayu dan Kali Mas. Setelah mendarat di Jawa, ia menugaskan Ike Mese dan Kau Hsing untuk memimpin pasukan darat. Beberapa panglima “pasukan 10.000-an” turut mendampingi mereka. Sebelumnya, tiga orang pejabat tinggi diberangkatkan menggunakan ‘kapal cepat’ menuju ke Majapahit setelah mendengar bahwa pasukan Raden Wijaya ingin bergabung tetapi tidak bisa meninggalkan pasukannya. Melihat keuntungan memperoleh bantuan dari dalam, pasukan Majapahit ini kemudian dijadikan bagian dari bala tentara kerajaan bangsa Mongol.

Untuk mempermudah gerakan bala tentara asing ini, Raden Wijaya memberi kebebasan untuk menggunakan pelabuhan-pelabuhan yang ada di bawah kekuasaannya dan bahkan memberikan panduan untuk mencapai Daha, ibukota Singhasari. Ia juga memberikan peta wilayah Singhsari kepada Shih Pi yang sangat bermanfaat dalam menyusun strategi perang menghancurkan Jayakatwang.

Selain Majapahit, beberapa kerajaan kecil (mungkin setingkat provinsi di masa sekarang) turut bergabung dengan orang-orang Mongol sehingga menambah besar kekuatan militer sudah sangat kuat ketika berangkat dari Cina. Persengkongkolan ini terwujud sebagai ungkapan rasa tidak suka mereka terhadap raja Jayakatwang yang telah membunuh Kartanegara melalui sebuah kudeta yang keji.

Pada bulan ketiga tahun 1293, setelah seluruh pasukan berkumpul di mulut sungai Kali Mas, penyerbuan ke kerajaan Singhasari mulai dilancarkan. Kekuatan kerajaan Singhasari di sungai tersebut dapat dilumpuhkan, lebih dari 100 kapal berdekorasi kepala raksasa dapat disita karena seluruh prajurit dan pejabat yang mempertahankannya melarikan diri untuk bergabung dengan pasukan induknya.

Peperangan besar baru terjadi pada hari ke-15, bila dihitung semenjak pasukan Mongol mendarat dan membangun kekuatan di muara Kali Mas, di mana bala tentara gabungan Mongol dengan Raden wijaya berhasil mengalahkan pasukan Singhasari. Kekalahan ini menyebabkan sisa pasukan kembali melarikan diri untuk berkumpul di Daha, ibukota Singhasari. Pasukan Ike Mese, Kau Hsing, dan Raden wijaya melakukan pengejaran dan berhasil memasuki Daha beberapa hari kemudian. Pada hari ke-19 terjadi peperangan yang sangat menentukan bagi kerajaan Singhasari.

Dilindungi oleh lebih dari 10.000 pasukan raja Jayakatwang berusaha memenangkan pertempuran mulai dari pagi hingga siang hari. Dalam peperangan ini dikatakan bahwa pasukan Mongol menggunakan meriam yang pada zaman itu masih tergolong langka di dunia.

Terjadi tiga kali pertempuran besar antara kedua kekuatan yang berseteru ini di keempat arah kota dan dimenangkan oleh pihak para penyerbu. Pasukan Singhasri terpecah dua, sebagian menuju sungai dan tenggelam di sana karena dihadang oleh orang-orang Mongol, sedang sebagian lagi sebanyak lebih kurang 5.000 dalam keadaan panik akhirnya terbunuh (slain = bantai) setelah bertempur dengan tentara gabungan Mongol-Majapahit. Salah seorang anak Jayakatwang yang melarikan diri ke perbukitan di sekitar ibukota dapat ditangkap dan ditawan oleh pasukan Kau Hsing berkekuatan seribu orang.

Jayakatwang menyadari kekalahannya, ia mundur dan bertahan di dalam kota yang dikelilingi benteng. Pada sore harinya ia memutuskan keluar dan menyerah karena tidak melihat kemungkinan untuk mampu bertahan.

Kemenangan pasukan gabungan ini menyenangkan bangsa Mongol. Seluruh anggota keluarga raja dan pejabat tinggi Singhasari berikut anak-anak mereka ditahan oleh bangsa Mongol. Sejarah Cina mencatat bahwa sebulan kemudian setelah penaklukan itu, Raden Wijaya memberontak dan membunuh 200 orang prajurit Mongol yang mengawalnya ke Majapahit untuk menyiapkan persembahakn kepada raja Kublai Khan. Adalah Sora dan Ranggalawe, dua panglima perang Majapahit yang sempat membantu orang-orang Mongol menjatuhkan Jayakatwang, melakukan penumpasan itu (Pitono, 1965 46).

Setelah itu, dengan membawa pasukan yang lebih besar, Raden Wijaya menyerang balik orang-orang Mongol dan memaksa mereka keluar dari Pulau Jawa. Shih Pi dan Kau Hsing yang terpisah dari pasukannya itu harus melarikan diri sampai sejauh 300 li (± 130 kilometer), sebelum akhirnya dapat bergabung kembali dengan sisa pasukan yang menunggunya di pesisir utara. Dari sini ia berlayar selama 68 hari kembali ke Cina dan mendarat di Chuan-chou.

Kekekalahan bala tentara Mongol oleh orang-orang Jawa hingga kini tetap dikenang dalam sejarah Cina. Sebelumnya mereka nyaris tidak pernah kalah di dalam peperangan melawan bangsa mana pun di dunia. Selain di Jawa, pasukan Kublai Khan juga pernah hancur saat akan menyerbu daratan Jepang. Akan tetapi kehancuran ini bukan disebabkan oleh kekuatan militer bangsa Jepang melainkan oleh terpaan badai sangat kencang yang memporakporandakan armada kapal kerajaan dan membunuh hampir seluruh prajurit di atasnya.

Menjelang akhir bulan Maret, yaitu di hari ke-24, seluruh pasukan Mongol kembali ke negara asalnya dengan membawa tawanan para bangsawan Singhasari ke Cina beserta ribuan hadiah bagi kaisar. Sebelum berangkat mereka menghukum mati Jayakatwang dan anaknya sebagai ungkapan rasa kesal atas ‘pemberontakan’ Raden Wijaya. Kitab Pararaton memberikan keterangan yang kontradiktif, disebutkan bahwa Jayakatwang bukan mati dibunuh orang-orang Mongol melainkan oleh Raden Wijaya sendiri, tidak lama setelah ibukota kerajaan Singhasari berhasil dihancurkan.

Ternyata kegagalan Shih Pi menundukkan Jawa harus dibayar mahal olehnya. Ia menerima 17 kali cambukan atas perintah Kublai Khan, seluruh harta bendanya dirampas oleh kerajaan sebagai kompensasi atas peristiwa yang meredupkan kebesaran nama bangsa Mongol tersebut. Ia dipersalahkan atas tewasnya 3.000 lebih prajurit dalam ekspedisi menghukum Jawa tersebut.

Selain itu, peristiwa ini mencoreng wajah Kublai Khan karena untuk kedua kalinya dipermalukan orang-orang Jawa setelah raja Kartanegara melukai wajah Meng Chi. Namun sebagai raja yang tahu menghargai kesatriaan, tiga tahun kemudian nama baik Shih Pi direhabilitasi dan harta bendanya dikembalikan. Ia diberi hadiah jabatan tinggi dalam hirarkhi kerajaan Dinasti Yuan yang dinikmatinya sampai meninggal dalam usia 86 tahun.

Berbeda dengan Sora dan Ranggalawe, setelah berdirinya kerajaan Majapahit mereka justru dihukum mati karena dituduh melakukan makar (memberontak) terhadap Raden Wijaya atas hasutan Mahapati. Termasuk Nambi dan tokoh-tokoh berjasa lainnya yang mempunyai andil besar mendirikan kerajaan baru menggantikan hegemoni Singhasari di Nusantara.

Sumber : http://www.majapahit-kingdom.com
Read More...
Kerajaan Majapahit Abad XIV – XV



Ditulis oleh Agus Arismunandar


Berdirinya Kerajaan Majapahit pada awal abad XIV – XV sebenarnya sudah direncanakan oleh Krtarajasa Jayawarddhana (Raden Wijaya). Ia merasa mempunyai tugas untuk melanjutkan kemegahan Singhasari yang saat itu dipimpin oleh Krtanagara berada dalam masa menjelang keruntuhannya, mertua Raden Wijaya.
Oleh karena itu, dengan rencana yang matang dan anjuran Arya Wiraraja, Penguasa Madura, Raden Wijaya beserta kawan-kawannya lalu membuka hutan di wilayah yang disebut dalam Pararaton sebagai “alasing wong Trik…” (hutannya orang Trik). Sebagai pendiri Kerajaan Majapahit, penerus kekuasaan Rajawangsa sebenarnya Raden Wijaya memerintah dalam waktu yang singkat, antara tahun 1293-1309. Selama pemerintahannya terjadi beberapa kali pemberontakan yang dilakukan oleh sahabat-sahabat yang pernah mendukung perjuangan dalam mendirikan Majapahait. Babak awal perkembangan Kerajaan Majapahit masih penuh dengan intrik politik internal.

Hal serupa juga terjadi menjelang keruntuhan Majapahit. Masa pemerintahan Jayanagara dan Tribuwanattunggadewijayawisnuwarddani merupakan tahap pembentukan kemegahan kerajaan. Baru pada era pemerintahan Raja Hayam Wuruk yang bergelar Rajasanagara (1350-1389), Majapahit berada di puncak kemegahannya dan berangsur-angsur surut antara lain karena perang Paregrek (1401-1406). Akhirnya Majapahit pun runtuh sekitar awal abad XVI. Salah seorang anak raja Majapahit, Bhre Krtabhumi (1468-1478) yang digulingkan dari tahtanya, berhasil menjadi penguasa Demak, kerajaan Islam pertama di Jawa.

Majapahit adalah kerajaan Hindu Buddha terbesar pada masa Indonesia kuna. Berbagai bukti tinggalannya berupa artefaktual, monumen, karya susastra, dan cerita rakyat (folklore). Dalam uraian Kakawin Nagarakrtagama pupuh 13 dan 14 karya Mpu Prapanca yang digubah tahun 1365 terdapat penyebutan wilayah-wilayah di luar Jawa yang mengakui kejayaan Majapahit yaitu Sumatera, Semenanjung Melayu, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara, dan daerah pantai barat Papua. Sedangkan negara-negara sahabat Majapahit (mitra satata) disebut dalam pupuh 15 yaitu Syangka (Siam), Ayodhyapura (Ayuthia di pedalaman Thailand), Darmanagari (Dharmarajanagara/Ligor), Marutma (Martaban, selatan Thailand), Rajapura (Rajjpuri, selatan Thailand), Singhanagari (daerah di tepi sungai Menam, Campa, Kamboja), dan Yawana (Annam, Vietnam), serta Cina yang walaupun tidak disebut oleh Prapanca menunjukan pengaruh budaya Cina yang ditemukan di Situs Trowulan.

Berita Cina yang ditulis oleh Ma-Huan sewaktu mengikuti perjalanan Laksamana Zheng-He ke Jawa memberi penjelasan mengenai keadaan masyarakat Majapahit pada abad XV. Antara lain bahwa kota Majapahit terletak di pedalaman Jawa. Istana Raja dikelilingi tembok tinggi lebih dari 3 zhang, pada salah satu sisinya terdapat “pintu gerbang yang berat” (mungkin terbuat dari logam). Tinggi atap bangunan antara 4-5 zhang, gentengnya terbuat dari papan kayu yang bercelah-celah (sirap). Raja Majapahit tinggal di istana, kadang-kadang tanpa mahkota, tetapi sering kali memakai mahkota yang terbuat dari emas dan berhias kembang emas. Raja memakai kain dan selendang tanpa alas kaki, dan kemanapun pergi selalu memakai satu atau dua bilah keris. Apabila raja keluar istana, biasanya menaiki gajah atau kereta yang ditarik lembu. Penduduk Majapahit berpenduduk sekitar 200-300 keluarga. Penduduk memakai kain dan baju, kaum lelaki berambut panjang dan terurai, sedangkan perempuannya bersanggul. Setiap anak laki-laki selalu membawa keris yang terbuat dari emas, cula badak atau gading.

Berita Cina juga menyatakan bahwa mereka duduk di rumahnya tapa menggunakan bangku, tidur tampa ranjang, dan makan tanpa memakai sumpit. Sepanjang hari mereka senang memakan sirih, baik laki-laki maupun perempuan. Secara umum penduduk Majapahit menurut Ma-Huan dapat digolongkan menjadi tiga (3) yaitu orang-orang Islam yang datang dari barat dan mendapat mata pencaharian di ibukota; orang-orang Cina yang beragama Islam selaku niagawan tinggal di ibukota dan kota-kota pelabuhan; dan penduduk pribumi yang masih menyembah berhala dan gemar memelihara anjing.

Dalam melakukan jual beli penduduk Majapahit menggunakan uang kepeng dari berbagai dinasti, selain uang yang dikenal di Majapahit sendiri. Bahasa penduduk pribumi itu sangat halus dan indah, dan mereka mengenal tulis menulis dengan daun kajang sebagai kertasnya dan pisau tajam sebagai pena. Ukuran timbangan disebut sekati, sama dengan 20 tahil; setahil sama dengan 16 qian; 1 qian sama dengan 4 kubana.

Udara di Jawa panas sepanjang tahun. Panen padi terjadi dua kali dalam setahun, butir berasnya amat halus. Terdapat pula wijen putih, kacang hijau, rempah-rempah dan lain-lain, kecualai gandum. Buah-buahan banyak jenisnya, antara lain pisang, kelapa, delima, pepaya, durian, manggis, langsat dan semangka. Sayur mayur berlimpah macamnya, kecuali kucai. Jenis binatang juga banyak, antara lain burung beo, ayam mutiara (kalkun), burung nilam, merak, pipit, kelelawar dan hewan ternak seperti sapi, kambing, kuda, babi, ayam dan bebek, serta hewan langka monyet putih dan rusa putih.

Penduduk Majapahit hidup dengan panduan kitab hukum dan perundang-undangan yang sangat dihormati, misalnya Kutara Manawa yang mencakup hukum pidana dan perdata.

Sumber : Majapahit Kingdom
Read More...

Prasasti Majapahit

Prasasti Majapahit




Ditulis oleh Titi Surti Nastiti

Prasasti adalah bukti sumber tertulis yang sangat penting dari masa lalu yang isinya antara lain mengenai kehidupan masyarakat misalnya tentang administrasi dan birokrasi pemerintahan, kehidupan ekonomi, pelaksanaan hukum dan keadilan, sistem pembagian bekerja, perdagangan, agama, kesenian, maupun adat istiadat (Noerhadi 1977: 22).
Seperti juga isi prasasti pada umumnya, prasasti dari masa Majapahit lebih banyak berisi tentang ketentuan suatu daerah menjadi daerah perdikan atau sima. Meskipun demikian, banak hal yang menarik untuk diungkapkan di sini, antara lain, yaitu:

Prasasti Kudadu (1294 M)

Mengenai pengalaman Raden Wijaya sebelum menjadi Raja Majapahit yang telah ditolong oleh Rama Kudadu dari kejaran balatentara Yayakatwang setelah Raden Wijaya menjadi raja dan bergelar Krtajaya Jayawardhana Anantawikramottunggadewa, penduduk desa Kudadu dan Kepaa desanya (Rama) diberi hadiah tanah sima.
Prasasti Sukamerta (1296 M) dan Prasasti Balawi (1305 M)
Mengenai Raden Wijaya yang telah memperisteri keempat putri Kertanegara yaitu Sri Paduka Parameswari Dyah Sri Tribhuwaneswari, Sri Paduka Mahadewi Dyah Dewi Narendraduhita, Sri Paduka Jayendradewi Dyah Dewi Prajnaparamita, dan Sri Paduka Rajapadmi Dyah Dewi Gayatri, serta menyebutkan anaknya dari permaisuri bernama Sri Jayanegara yang dijadikan raja muda di Daha.


Prasasti Wingun Pitu (1447 M)

Mengungkapkan bentuk pemerintahan dan sistem birokrasi Kerajaan Majapahit yang terdiri dari 14 kerajaan bawahan yang dipimpin oleh seseorang yang bergelar Bhre, yaitu Bhre Daha, Kahuripan, Pajang, Werngker, Wirabumi, Matahun, Tumapel, Jagaraga, Tanjungpura, Kembang Jenar, Kabalan, Singhapura, Keling, dan Kelinggapura.


Prasasti Canggu (1358 M)
Mengenai pengaturan tempat-tempat penyeberangan di Bengawan Solo.
Prasasti Biluluk (1366 M0, Biluluk II (1393 M), Biluluk III (1395 M).
Menyebutkan tentang pengaturan sumber air asin untuk keperluan pembuatan garam dan ketentuan pajaknya.
Prasasti Karang Bogem (1387 M)
Menyebutkan tentang pembukaan daerah perikanan di Karang Bogem.
Prasasti Marahi Manuk (tt) dan Prasasti Parung (tt)
Mengenai sengketa tanah. Persengketaan ini diputuskan oleh pejabat kehakiman yang menguasai kitab-kitab hukum adata setempat.


Prasasti Katiden I (1392 M0
Menyebutkan tentang pembebasan daerah bagi penduduk desa Katiden yang meliputi 11 wilayah desa. Pembebasan pajak ini karena mereka mempunyai tugas berat, yaitu menjaga dan memelihara hutan alang-alang di daerah Gunung Lejar.

Prasasti Alasantan (939 M)
Menyebutkan bahwa pada tanggal 6 September 939 M, Sri Maharaja Rakai Halu Dyah Sindok Sri Isanawikrama memerintahkan agar tanah di Alasantan dijadikan sima milik Rakryan Kabayan.

Prasasti Kamban (941 M)
Meyebutkan bahwa apada tanggal 19 Maret 941 M, Sri Maharaja Rake Hino Sri Isanawikrama Dyah Matanggadewa meresmikan desa Kamban menjadi daerah perdikan.

Prasasti Hara-hara (Trowulan VI) (966 M).
Menyebutkan bahwa pada tanggal 12 Agustus 966 M, mpu Mano menyerahkan tanah yang menjadi haknya secara turun temurun kepada Mpungku Susuk Pager dan Mpungku Nairanjana untuk dipergunakan membiayai sebuah rumah doa (Kuti).

Prasasti Wurare (1289 M)
Menyebutkan bahwa pada tanggal 21 September 1289 Sri Jnamasiwabajra, raja yang berhasil mempersatukan Janggala dan Panjalu, menahbiskan arca Mahaksobhya di Wurane. Gelar raja itu ialaha Krtanagara setelah ditahbiskan sebagai Jina (dhyani Buddha).

Prasasti Maribong (Trowulan II) (1264 M)
Menyebutkan bahwa pada tanggal 28 Agustus 1264 M Wisnuwardhana memberi tanda pemberian hak perdikan bagi desa Maribong.

Prasasti Canggu (Trowulan I)
Mengenai aturan dan ketentuan kedudukan hukum desa-desa di tepi sungai Brantas dan Solo yang menjadi tempat penyeberangan. Desa-desa itu diberi kedudukan perdikan dan bebas dari kewajiban membayar pajak, tetapi diwajibkan memberi semacam sumbangan untuk kepentingan upacara keagamaan dan diatur oleh Panji Margabhaya Ki Ajaran Rata, penguasa tempat penyeberangan di Canggu, dan Panji Angrak saji Ki Ajaran Ragi, penguasa tempat penyeberangan di Terung.


Sumber : Majapahit KingdomRata Penuh

Read More...

Agama Pada Masa Majapahit

Agama Pada Masa Majapahit




Ditulis oleh Hariani Santiko

Majapahit banyak meninggalkan tempat-tempat suci, sisa-sisa sarana ritual keagamaan masa itu. Bangunan-bangunan suci ini dikenal dengan nama candi, pemandian suci (pertirthan) dan gua-gua pertapaan. Bangunan-bangunan survei ini kebanyakan bersifat agama siwa, dan sedikit yang bersifat agama Buddha, antara lain Candi Jago, Bhayalangu, Sanggrahan dan Jabung yang dapat diketahui dari ciri-ciri arsitektural, arca-arca yang ditinggalkan, relief candi, dan data tekstual, misalnya Kakawin Nagarakrtaama, Arjunawijaya, Sutasoma dan sedikit berita prasasti.

Disamping perbedaan latar belakang keagamaan, terdapat pula perbedaan status dan fungsi bangunan suci. Berdasarkan status bangunan-bangunan suci, kita dapat kelompokkan menjadi dua, yaitu bangunan yang dikelola oleh pemerintah pusat dan yang berada di luar kekuasaan pemerintah pusat.

Bangunan suci yang dikelola pemerintah pusat ada 2 macam, yaitu:

  1. Dharma-Dalm disebut pula Dharma-Haji yaitu bangunan suci yang diperuntukkan bagi raja beserta keluarganya. Jumlah Dharma-Haji ada 27 buah, diantaranya Kegenengan, Kidal, Jajaghu, Pikatan, Waleri, Sukalila, dan Kumitir.
  2. Dharma-Lpas adalah bangunan suci yang dibangun di atas tanah wakaf (bhudana) pemberian raja untuk para rsi-saiwa-sogata, untuk memuja dewa-dewa dan untuk mata pencaharian mereka.

Sedangkan bangunan suci yang berada di luar pengelolaan pemerintah pusat kebanyakan adalah milik prasasti rsi, antara lain mandala, katyagan, janggan. Secara umum disebut patapan atau wanasrama karena letaknya terpencil. Mandala yang dikenal sebagai kadewaguruan adalah tempat pendidikan agama yang dipimpin oleh seorang siddharsi yang disebut pula dewaguru.

Berdasarkan fungsinya, candi-candi masa Majapahit dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua), yaitu:

  1. Candi-candi yang mempunyai 2 fungsi, yaitu sebagai pendharmaan raja dan keluarganya, juga sebagai kuil pemujaan dewa dengan ciri adanya tubuh candi dan ruang utama (garbhagrha) untuk menempatkan sebuah arca pendharmaan (dewawimbha), misalnya candi Jago, Pari, Rimbi, Simping (sumberjati).
  2. Candi-candi yang hanya berfungsi sebagai kuil pemujaan, dengan ciri tidak mempunyai garbhagrha dan arca pendharmaan/perwujudan, tubuh candi diganti dengan altar atau miniatur candi. Candi-candi kuil ini kebanyakan dipakai oleh para rsi dan terletak dilereng-lereng gunung, misalnya di lereng gunung Penanggungan, Lawu, Wilis, dsb.
erdasarkan sumber tertulis, raja-raja Majapahit pada umumnya beragama Siwa dari aliran Siwasiddhanta kecuali Tribuwanattungadewi (ibunda Hayam Wuruk) yang beragama Buddha Mahayana. Walaupun begitu agama Siwa dan agama Buddha tetap menjadi agama resmi kerajaan hingga akhir tahun 1447. Pejabat resmi keagamaan pada masa pemerintahan Raden Wijaya (Krtarajasa) ada 2 pejabat tinggi Siwa dan Buddha, yaitu Dharmadyaksa ring Kasaiwan dan Dharmadyaksa ring Kasogatan, kemudian 5 pejabat Siwa dibawahnya yang disebut Dharmapapati atau Dharmadihikarana.

elain itu terdapat pula para agamawan yang mempunyai peranan penting dilingkungan istana yang disebut tripaksa yaitu rsi-saiwa-sagata (berkelompok 3); dan berkelompok 4 disebut catur dwija yaitu mahabrahmana (wipra)-saiwa-sogata-rsi.

Pembaharuan/pertemuan agama Siwa dan agama Buddha pertama kali terjadi pada masa pemerintahan raja Krtanagara, raja Singasari terakhir. Apa maksudnya belum jelas, mungkin disamping sifat toleransinya yang sangat besar, juga terdapat alasan lain yang lebih bersifat politik, yaitu untuk memperkuat diri dalam menghadapi musuh dari Cina, Kubilai Khan. Untuk mempertemukan kedua agama itu, Krtanagara membuat candi Siwa-Buddha yaitu Candi Jawi di Prigen dan Candi Singasari di dekat kota Malang.
Pembaruan agama Siwa-Buddha pada jaman Majapahit antara lain terlihat pada cara mendharmakan raja dan keluarganya yang wafat pada 2 candi yang berbeda sifat keagamaannya. Hal ini dapat dilihat pada raja pertama Majapahit, yaitu Kertarajasa yang didharmakan di Candi Sumberjati (Simping) sebagai wujud siwa (Siwawimbha) dan di Antahpura sebagai Buddha; atau raja kedua Majapahit, yaitu Raja Jayabaya yang didharmakan di Shila Ptak sebagai Wisnu dan di Sukhalila sebagai Buddha. Hal ini memperlihatkan bahwa kepercayaan dimana Kenyataan Tertinggi dalam agama Siwa maupun Buddha tidak berbeda.

Agama Siwa yang berkembang dan dipeluk oleh raja-raja Majapahit adalah Siwasiddhanta (Siddantatapaksa) yang mulai berkembang di Jawa Timur pada masa Raja Sindok (abad X). Sumber ajarannya adalah Kitab Tutur (Smrti), dan yang tertua adalah Tutur Bhwanakosa yang disusun pada jaman Mpu Sindok, sedang yang termuda dan terpanjang adalah Tutur Jnanasiddhanta yang disusun pada jaman Majapahit. Ajaran agama ini sangat dipegaruhi oleh Saiwa Upanisad, Vedanta dan Samkhya. Kenyataan Tertinggi agama ini disebut Paramasiwa yang disamakan dengan suku Kata suci OM. Sebagai dewa tertinggi Siwa mempunyai 3 hakekat (tattwa) yaitu:

  • Paramasiwa-tattwa yang bersifat tak terwujud (niskala)
  • Sadasiwa-taattwa yang bersifat berwujud-tak berwujud (sanakala-niskala)
  • Siwa-tattwa bersifat berwujud (sakala)
Selain agama Siwasiddhanta dikenal pula aliran Siwa Bhairawa yang muncul sejak pemerintahan Raja Jayabhaya dari Kediri. Beberapa pejabat pemerintahan Majapahit memeluk agama ini. Agama ini adalah aliran yang memuja Siwa sebagai Bhairawa. Di India Selatan mungkin dikenal sebagai aliran Kapalika. Pemujanya melakukan tapa yang sangat keras, seperti tinggal di kuburan dan memakan daging dan darah manusia (mahavrata). Disamping agama Siwa, terdapat pula agama Waisnawa yang memuja dewa Wisnu, yang dalam agama Siwa, Wisnu hanya dipuja sebagai dewa pelindung (istadewata).


Read More...

Wednesday, October 29, 2008

Kerajaan Majapahit

Kerajaan Majapahit


Setelah raja S’ri Kerta-negara gugur, kerajaan Singasari berada di bawah kekuasaan raja Jayakatwang dari Kediri. Salah satu keturunan penguasa Singasari, yaitu Raden Wijaya, kemudian berusaha merebut kembali kekuasaan nenek moyangnya. Ia adalah keturunan Ken Agrok, raja Singasari pertama dan anak dari Dyah Lembu Tal. Ia juga dikenal dengan nama lain, yaitu Nararyya Sanggramawijaya. Menurut sumber sejarah, Raden Wijaya sebenarnya adalah mantu Kertanagara yang masih terhitung keponakan.
Kitab Pararaton menyebutkan bahwa ia mengawini dua anak sang raja sekaligus, tetapi kitab Nagarakertagama menyebutkan bukannya dua melainkan keempat anak perempuan Kertanagara dinikahinya semua.

Pada waktu Jayakatwang menyerang Singas-ri, Raden Wijaya diperintahkan untuk mempertahankan ibukota di arah utara. Kekalahan yang diderita Singasari menyebabkan Raden Wijaya mencari perlindungan ke sebuah desa bernama Kudadu, lelah dikejar-kejar musuh dengan sisa pasukan tinggal duabelas orang. Berkat pertolongan Kepala Desa Kudadu, rombongan Raden Wijaya dapat menyeberang laut ke Madura dan di sana memperoleh perlindungan dari Aryya Wiraraja, seorang bupati di pulau ini. Berkat bantuan Aryya Wiraraja, Raden Wijaya kemudian dapat kembali ke Jawa dan diterima oleh raja Jayakatwang. Tidak lama kemudian ia diberi sebuah daerah di hutan Terik untuk dibuka menjadi desa, dengan dalih untuk mengantisipasi serangan musuh dari arah utara sungai Brantas. Berkat bantuan Aryya Wiraraja ia kemudian mendirikan desa baru yang diberi nama Majapahit.


Di desa inilah Raden Wijaya kemudian memimpin dan menghimpun kekuatan, khususnya rakyat yang loyal terhadap almarhum Kertanegara yang berasal dari daerah Daha dan Tumapel. Aryya Wiraraja sendiri menyiapkan pasukannya di Madura untuk membantu Raden Wijaya bila saatnya diperlukan. Rupaya ia pun kurang menyukai raja Jayakatwang.

Tidak terduga sebelumnya bahwa pada tahun 1293 Jawa kedatangan pasukan dari Cina yang diutus oleh Kubhilai Khan untuk menghukum Singasari atas penghinaan yang pernah diterima utusannya pada tahun 1289. Pasukan berjumlah besar ini setelah berhenti di Pulau Belitung untuk beberapa bulan dan kemudian memasuki Jawa melalui sungai Brantas langsung menuju ke Daha. Kedatangan ini diketahui oleh Raden Wijaya, ia meminta izin untuk bergabung dengan pasukan Cina yang diterima dengan sukacita. Serbuan ke Daha dilakukan dari darat maupun sungai yang berjalan sengit sepanjang pagi hingga siang hari. Gabungan pasukan Cina dan Raden Wijaya berhasil membinasakan 5.000 tentara Daha. Dengan kekuatan yang tinggal setengah, Jayakatwang mundur untuk berlindung di dalam benteng. Sore hari, menyadari bahwa ia tidak mungkin mempertahankan lagi Daha, Jayakatwang keluar dari benteng dan menyerahkan diri untuk kemudian ditawan oleh pasukan Cina.

Dengan dikawal dua perwira dan 200 pasukan Cina, Raden Wijaya minta izin kembali ke Majapahit untuk menyiapkan upeti bagi kaisar Khubilai Khan. Namun dengan menggunakan tipu muslihat kedua perwira dan para pengawalnya berhasil dibinasakan oleh Raden Wijaya. Bahkan ia berbalik memimpin pasukan Majapahit menyerbu pasukan Cina yang masih tersisa yang tidak menyadari bahwa Raden Wijaya akan bertindak demikian. Tiga ribu anggota pasukan kerajaan Yuan dari Cina ini dapat dibinasakan oleh pasukan Majapahit, selebihnya melarikan dari keluar Jawa dengan meninggalkan banyak korban.

Akhirnya cita-cita Raden Wijaya untuk menjatuhkan Daha dan membalas sakit hatinya kepada Jayakatwang dapat diwujudkan dengan memanfaatkan tentara asing. Ia kemudian memproklamasikan berdirinya sebuah kerajaan baru yang dinamakan Majapahit.

Pada tahun 1215 Raden Wijaya dinobatkan sebagai raja pertama dengan gelar S’ri Kertara-jasa Jayawardhana. Keempat anak Kertanegara dijadikan permaisuri dengan gelar
S’ri Parames’wari Dyah Dewi Tribhu-wanes’wari,
S’ri Maha-dewi Dyah Dewi Narendraduhita-,
S’ri Jayendradewi Dyah Dewi Prajnya-paramita-, dan
S’ri Ra-jendradewi Dyah Dewi Gayatri.

Dari Tribhuwaneswari ia memperoleh seorang anak laki bernama Jayanagara sebagai putera mahkota yang memerintah di Kadiri.
Dari Gayatri ia memperoleh dua anak perempuan, Tribhu-wanottunggadewi Jayawisnuwardhani yang berkedudukan di Jiwana (Kahuripan) dan Ra-jadewi Maha-ra-jasa di Daha.

Raden Wijaya masih menikah dengan seorang isteri lagi, kali ini berasal dari Jambi di Sumatera bernama Dara Petak dan memiliki anak darinya yang diberi nama Kalagemet.

Seorang perempuan lain yang juga datang bersama Dara Petak yaitu Dara Jingga, diperisteri oleh kerabat raja bergelar ‘dewa’ dan memiliki anak bernama Tuhan Janaka, yang dikemudian hari lebih dikenal sebagai Adhityawarman, raja kerajaan Malayu di Sumatera. Kedatangan kedua orang perempuan dari Jambi ini adalah hasil diplomasi persahabatan yaang dilakukan oleh Kertanagara kepada raja Malayu di Jambi untuk bersama-sama membendung pengaruh Kubhilai Khan. Atas dasar rasa persahabatan inilah raja Malayu, S’rimat Tribhu-wanara-ja Mauliwarmadewa, mengirimkan dua kerabatnya untuk dinikahkan dengan raja Singasari. Dari catatan sejarah diketahui bahwa Dara Jingga tidak betah tinggal di Majapahit dan akhirnya pulang kembali ke kampung halamannya.

Raden Wijaya wafat pada tahun 1309 digantikan oleh Jayana-gara. Seperti pada masa akhir pemerintahan ayahnya, masa pemerintahan raja Jayanagara banyak dirongrong oleh pemberontakan orang-orang yang sebelumnya membantu Raden Wijaya mendirikan kerajaan Majapahit. Perebutan pengaruh dan penghianatan menyebabkan banyak pahlawan yang berjasa besar akhirnya dicap sebagai musuh kerajaan. Pada mulanya Jayanagara juga terpengaruh oleh hasutan Mahapati yang menjadi biang keladi perselisihan tersebut, namun kemudian ia menyadari kesalahan ini dan memerintahkan pengawalnya untuk menghukum mati orang kepercayaannya itu. Dalam situasi yang demikian muncul seorang prajurit yang cerdas dan gagah berani bernama Gajah Mada. Ia muncul sebagai tokoh yang berhasil mamadamkan pemberontakan Kuti, padahal kedudukannya pada waktu itu hanya berstatus sebagai pengawal raja . Kemahirannya mengatur siasat dan berdiplomasi di kemudian hari akan membawa Gajah Mada pada posisi yang sangat tinggi di jajaran pemerintahan kerajaan Majapahit, yaitu sebagai Mahamantri kerajaan.

Pada masa Jayanagara hubungan dengan Cina kembali pulih. Perdagangan antara kedua negara meningkat dan banyak orang Cina yang menetap di Majapahit. Jayanagara memerintah sekitar 11 tahun.



Sumber : http://www.ukhies.com

Read More...

Surabaya 28–30 Oktober 1945

"Palagan" Surabaya 28–30 Oktober 1945

Oleh DAUD SINJAL

Hari Pahlawan yang diperingati setiap tanggal 10 November adalah untuk mengenang peristiwa heroik rakyat Surabaya melawan tentara Inggris. Namun perlu pula dikenang peristiwa yang mengawalinya. Pertempuran 28-30 Oktober 1945 merupakan "palagan" yang sebenarnya, di mana pasukan Indonesia memaksa Inggris mengibarkan bendera putih.
Tentara Inggris mendarat di Surabaya untuk menegakkan ketertiban dan keamanan, membebaskan semua tawanan perang Sekutu, mengevakuasi interniran, melucuti, dan memulangkan tentara Jepang. Pasukan yang dikirim ke Surabaya adalah Brigade ke-49, Divisi 23 India, di bawah komando Brigjen Mallaby. Kekuatannya 4.000 orang, terdiri dari batalyon Mahrattas dan Rajputana Rifles. Perwira-perwira komandannya campuran, Inggris dan India.
Pemerintah RI di Jakarta, meminta pemerintah daerah, TKR (Tentara Keamanan Rakyat) dan para pejuang di Surabaya menerima baik dan membantu kelancaran misi Inggris. Karena goodwill ini merupakan bagian dari langkah RI untuk mendapatkan pengakuan dari Sekutu, pemenang Perang Dunia II.
Pimpinan tentara Inggris, dua kali bertemu dengan pimpinan pemerintahan dan tentara Indonesia di Surabaya. Pertama pada hari pendaratannya, 25 Oktober 1945 dan kedua, 26 Oktober. Pertemuan berlangsung dalam suasana bersahabat. Namun pihak Indonesia memperingatkan tidak boleh ada satu pun Belanda membonceng pasukan Sekutu ini. Inggris menjamin hal itu tidak akan terjadi. Kedua belah pihak sepakat bekerja sama menjaga ketentraman dan ketertiban. Dan agar kerja sama bisa berjalan baik, dibentuk Contact Committee.
Provokatif
Mentaati niat baik pemerintah pusat, pimpinan perjuangan di Surabaya juga menunjukkan sikap yang luwes. Namun kelonggaran-kelonggaran yang diberikan itu dimanfaatkan Inggris untuk melebarkan dislokasi pasukannya sampai di luar kesepakatan bersama. Mereka antara lain memperkuat posisi di tempat- tempat strategis seperti lapangan terbang Tanjung Perak, perusahaan listrik ANIEM, stasiun kereta api, kantor pos besar dan stasiun radio di Simpang.
Sikap baik RI ini disalahgunakan pula oleh satuan intel brigade yang melakukan raid ke penjara Kalisosok, untuk membebaskan seorang kolonel angkatan laut Belanda (yang ditangkap pemuda saat menjalankan tugas untuk Sekutu) serta perwira-perwira dan staf RAPWI (Rehabilitation of Allied Prisoner of War and Internees) yang ditahan di situ. Inggris juga mengacau di Nyamplungan, menangkapi sejumlah pemuda dan Ketua BKR setempat, serta menyerobot kantor Polisi RI Bubutan dan penjara Bubutan.
Kepercayaan terhadap Inggris serta merta berbalik curiga, ketika pada pagi 27 Oktober, sebuah pesawat Inggris menyebarkan pamflet yang isinya menuntut rakyat menyerahkan kepada Inggris semua senjata dan peralatan militer. Yang tidak mematuhinya akan dihukum mati. Seruan ini dikeluarkan oleh Panglima Divisi ke-23, Mayjen Hawthorn (bermarkas di Jakarta dan wewenangnya meliputi Jawa-Bali-Lombok). Pihak Indonesia mencurigai keras Inggris tengah membuka pintu untuk Belanda kembali ke sini.
Pemimpin-pemimpin RI di Surabaya memperingatkan Mallaby bahwa leaflet Hawthorn dan perbuatan yang dilakukan pasukannya mengingkari perjanjian yang telah disepakati. Para pemuda Surabaya bereaksi dengan meringkus serdadu-serdadu Inggris yang menduduki Nyamplungan dan Bubutan. Sejumlah prajurit Inggris dan India yang sedang pesiar di kota juga diculik dan dibunuh. Sebaliknya, tanggal 28 Oktober, Inggris melakukan perampasan senjata dan mobil-mobil pemuda.
Sore harinya, pimpinan TKR memutuskan melakukan serangan umum terhadap semua posisi Inggris di Surabaya. Radio pemberontak berulang-ulang mengumandangkan panggilan pada rakyat untuk mengangkat senjata dan menyerang secara serentak kedudukan pasukan Inggris. Sore dan malam hari itu juga pecah pertempuran sporadis di berbagai tempat di kota.
Inggris Terjepit
Pertempuran besar meletus pagi 29 Oktober. Serangan fajar TKR dibuka pukul 05.00. Tembakan pistol, senapan, senapan mesin berat dan ringan sampai mortir saling bersahutan. Asap membumbung di atas kota Surabaya. Para tawanan perang dan kaum interniran yang sudah bergembira menunggu pembebasan mereka, kembali ciut hatinya, karena terkurung di tempat-tempat penampungan yang sekitarnya telah menjadi ajang pertempuran yang sengit.
Pasukan Inggris terjepit, bahkan seantero Brigade 49 ini terancam musnah. Kesalahan mereka adalah menganggap enteng perlawanan rakyat dan TKR, lalu menghadapinya dengan satuan-satuan kecil yang terpecah-pecah di berbagai tempat. Perbekalan pelurunya juga hanya untuk pertempuran garis pertama. Namun, begitu terdesak, mereka pun sulit mendatangkan bala bantuan, karena pasukan besar Inggris lainnya paling dekat berjarak 200 mil, yakni brigade yang berada di Semarang. Amunisi dan logistik tambahan yang didrop dari udara malah jatuh ke pihak RI.
Salah satu pertempuran dramatis berlangsung selama lima jam di jembatan Wonokromo, sebelum akhirnya pasukan Inggris kehabisan peluru. Dua peleton yang kebanyakan orang India terisolir dan terkepung di situ. Mereka nyaris dihabisi oleh massa rakyat yang tidak tahu hukum perang. Sejumlah serdadu India berteriak-teriak "Muslim, muslim..!", memohon jangan dibunuh.
Personel TKR sekuat tenaga mencegah pembantaian tersebut. Sisa-sisa pasukan Inggris-India itu dilarikan ke Tanjung Perak dengan truk TKR yang mengibarkan bendera putih. Kekalahan di Wonokromo ini membuat kekuatan Inggris terpotong dua. Satunya yang bertahan di kota dan lainnya di sekeliling markasnya di Tanjung Perak
Kali Mas yang membelah kota menjadi saksi keganasan perang ini. Di sungai yang keruh itu mengambang mayat-mayat tentara asing tersebut, sebagian tanpa kepala atau anggota badan lainnya. Menurut sumber Inggris, korban di pihak mereka 200 orang tewas atau hilang, dan 80 luka-luka. Yang memilukan adalah nasib ratusan interniran yang terdiri dari perempuan dan anak-anak. Konvoi truk yang mengangkut mereka dari kamp Darmo terjebak di daerah pertempuran, dan menjadi sasaran amukan laskar rakyat.
Panglima Tentara Sekutu di Indonesia (AFNEI - Allied Forces Netherlands East Indies), Letjen Sir Philip Christison berusaha menyelamatkan pasukannya di Surabaya dengan meminta pemimpin RI di Jakarta turun tangan. Atas permintaan Christison, 29 Oktober petang Presiden Soekarno, terbang ke Surabaya, didampingi Wakil Presiden Hatta dan Menteri Pertahanan Amir Sjarifudin. Pagi 30 Oktober, Bung Karno bersama Mayjen Hawthorn dan Brigadir Mallaby mengadakan perundingan damai dengan para pemimpin pejuang di Gubernuran Surabaya.

Dikutip dari "Menjadi TNI", buku biografi Himawan Soetanto yang tengah disusun oleh penulis.

Sumber : http://sejarahkita.blogspot.com/
Read More...

Bung Karno, Hatta, Sjahrir dan Amir di kala pendudukan Jepang 1942-1945

Bung Karno, Hatta, Sjahrir dan Amir di kala pendudukan Jepang 1942-1945

>Karena tindakan radikalnya kembali yang berlanjut, tahun 1934 Bung
>Karno ditangkap dan diasingkan ke Ende (Flores), serta kemudian
>pada tahun 1938 dipindahkan ke Bengkulu. Perjuangannya melawan

>kolonialisme tidak pernah surut, bahkan di Bengkulu, Bung

>Karno aktif dalam kegiatan perkumpulan

> Muhammadiyah yang bercirikan Islam.

Dari buku Abu Hanifah , Ini periode ketika BK lebih banyak
bersentuhan dengan kaum agamis/Islam ketika sebelumnya sewaktu
berada di Bandung dan Surabaya BK lebih kiri dan cenderung
‘less-agamis’ (istilah halusnya) terutama jika dilihat dari Pidato
pidato Bung Karno di era 1931an.

Di Bengkulu, BK menikahi gadis muda Bu Fatmawati. Mungkin sekali
keluarga Bu Fat yang dikenal sangat agamis ini yang mempengaruhi BK
meningkatkan kehidupan religiusnya.

Ini hanya membuktikan bahwa BK layaknya memang manusia biasa, ada
kalanya cenderung religius, ada kalanya pindah ke kutub lain. Bisa
berubah2.
> Sebelum Jepang tiba di Indonesia (Maret 1942), Bung Karno
> rencananya akan dibawa Belanda ke Australia. Tetapi ternyata
> rencana itu batal.
Rencana Belanda sewaktu Jepang masuk adalah mengirim orang2 Eurasian
dan kaum-kiri Indonesia (terutama yang berada di Digoel) ke
Australia. Kenapa kaum kiri ikut dikirim ke Australia ? Karena
strategi belanda, jika nanti Jepang kalah dan Belanda bisa masuk
lagi, kekuatan kiri dianggap bisa mempengaruhi masyrakat Indonesia
agar Belanda masih bisa bercokol di Nusantara.

Saya lupa ini persisnya diterangkan dibuku mana, entah di bukunya
Soekarno, Hatta, Sjahrir atau karangan McVey.

Jadi tindakan BK untuk tetap di Indonesia saat itu, merupakan
strategi yang tepat.

Di awal datangnya Jepang, Bung Hatta dan Sjahrir sudah
memperingatkan bahayanya fasisme Jepang. Sementara BK cenderung
menyokongnya (mungkin karena sama2 ultra nasionalis-kah ?)

BK mengatakan Jepang akan menang perang atau paling tidak berkuasa
selama 10 tahun. Hatta mengatakan gak mungkin, AS yang menang
katanya, Jepang kalah dalam 5 tahun, sementara Bung Sjahrir
mengatakan masa Jepang cukup tiga tahun saja Jepang berkuasa di
Indonesia.

Lagi-lagi analisa politik Bung Sjahrir tepat.
>
> Ahirnya Bung Karno oleh Jepang. dibawa ke Jakarta. Sesuai
>kesepakatan di antara para pemimpin Nasional, Bung Karno bergerak
>secara terbuka seolah membantu Jepang. Padahal secara tersirat
>mempersiapkan kemerdekaan Indonesia. Para pejuang lainnya misalnya
>Sutan Sjahrir bergerak di bawah tanah, dengan maksud melakukan
>pembinaan kader serta melakukan siasat untuk persiapan dikala
>kemerdekaan itu tiba.
Ini memang kesepakatanya, tapi dalam prakteknya, definisi
underground ini bukan berarti underground melawan secara fisik,
melainkan lebih banyak memberikan edukasi atau insprirasi politik
karena saat itu, Bung Sjahrir dianggap sebagai “guru” di kalangan
Intelektual Indonesia.

Sebenarnya di tahun 1942an, ada rencana Jepang yang diungkapkan oleh
Moh. Yamin kalau pemimpin Indonesia level satu akan dihabisi,
sementara level dua akan dibiarkan karena dianggap masih
bisa “dibina” oleh Jepang setelah Indonesia nanti dibrainwashed oleh
Jepang dengan pengiriman intelektual Jepang sebanyak-banyanya ke
Indonesia. Pamanya Abu Hanifah, seorang Dokter di Kalimantan,
termasuk dalam list ini dan akhirnya dihabiskan secara tragis. Bung
Hatta juga pada 1942 termasuk dalam ‘inceran’ Jepang, cuman karena
Bung Hatta dianggap kerajaan Jepang termasuk tokoh penting Indonesia
untuk bekerjasama dengan Jepang , akhirnya Hatta tidak ditangkap
oleh Kempetai. Sedangkan Bung Karno sendiri, dari awal sendiri
memilih bekerja sama dengan Jepang.

Ini yang dikemudian hari menimbulkan ’slek’ atau konflik antara
Sjahrir dan Soekarno, Sjahrir menganggap Bung Hatta bekerja sama
dengan Jepang karena ter-fait-accompli, sementara Sjahrir menganggap
Soekarno terlalu pro-Jepang. Dalam tulisan Sjahrir di era 1944-awal
1945, ia mengkritik tokoh Indonesia yang pro-Jepang.

1945 Jepang keluar, Belanda masuk, sentimen Anti Jepang sangat kuat
di Indonesia, beberapa tokoh pergerakan yang tadinay pro-jepang
dihabisi oleh putra Indonesia sendiri, konon kabarnya Otto Iskandar
Dinata wafat scr tragis akibat gerakan sentimen ini. Revolusi
memakan anak kandungnya sendiri.

Balik lagi ke masa 1942-1943, sebenarnya yang benar-benar
underground dan mencoba melakukan resistance secara fisik terhadap
Jepang adalah Mr. Amir Sjarifudin (yang kemudian hari menjadi PM
Indonesia dan perwaklian Indonesia dalam Renville Aggrement). Hanya
saja perlawanan ini gagal, kawan2nya Amir orang Blanda dihabisi
Jepang sementara Amir dipenjara.Konon kabarnya Bung Karno
menyelamatkan Amir dengan meminta Jepang agar tidak mengeksekusi
Amir.

Masa 1943-1944 Jepang merubah strategi dimana kemerdekaan Indonesia
lebih dibicarakan. Maeda membuat Ashrama tempat pembelajaran dan
diskusi kemerdekaan Indoensia, kalah tidak salah disebut “Menteng
31″. Ide menteng 31 ini sebenarnya didukung Navy-nya Jepang, tapi
ditentung Armynya Jepang. Di “Menteng 31″ inilah gantian Sokarno,
Hatta dan Sjahrir memberikukan kuliah dan pembelajaran tentang ilmu
politik dan ekonomi ke anak2 muda Indonesia. Banyak nama2 besar di
institusi ini, dari Chaerul Anwar sampai BM Diah. Mungkin
isinya “who is who” in Indonesia Politics 1945-1965.

Agak mengagetkan untuk sjahrir dan hatta cs kalau ternyata jepang
punya interest dan knowledge yang kuat tentang ide sosialisme-
kerakyatan. konon kabarnya, banyak perwira jepang yang simpati
dengan sosialisme ini (yang didukung hatta dan sjahrir) karena
dianggap dikemudian hari bisa membawa jepang post-war kesuasana yang
lebih adil. Di Ashrama inipula, ada kecenderungan dimana pemikiran
Tan Malaka masuk, mungkin sekali karena ada Achmad Subardjo dan
Djohan Shahroezah (masih keponakan Sjahrir) disana yang dekat dan
berafiliasi dengan Tan Malaka.

Mempelajari kemerdekaan Indonesia memang mengasikan dan
membangkitkan curiosity dan imajinasi :-)

Hanya saja kemerdekaan Indonesia sangat komplet setelah mempelajari

Empat Founding Father Indonesia : Soekarno , Mohammad Hatta , Soetan
Sjahrir dan Amir Sjarifudin. Terutama tulisan tulisanya Soekarno
(Nasakom dan Indonesia Menggugat), Hatta (Menuju Indonesia
Merdeka ), Sjahrir (Kritiek En Opbouw/Pujangga Baru dan Perjuangan
Kita). Begitu pula dengan tan malaka (dari madilog dampai merdeka
100%).



Sumber : http://kolomsejarah.wordpress.com/

Read More...

Tuesday, October 28, 2008

Sejarah Awal Perkumpulan Organisasi Gerakan Pemuda Indonesia

Sejarah Awal Perkumpulan Organisasi Gerakan Pemuda Indonesia - Sejarah Pra Kemerdekaan RI

Sebelum Indonesia merdeka, negara kita memiliki berbagai organisasi kepemudaan yang beranggotakan para pemuda-pemudi Indonesia baik yang bersifat nasional maupun kedaerahan. Berikut ini adalah daftar beberapa organisasi perkumpulan pemuda di Indonesia :

1. Budi Utomo / Boedi Oetomo

Budu Utomo berdiri pada tahun 1908 yang pada awal mula berdirinya merupakan organisasi pelajar yang ruang lingkupnya masih kedaerahan, namun pada perkembangannya berubah menjadi organisasi perkumpulan pemuda nasional.

2. Trikoro Dharmo / Tri Koro Dharmo

Trikoro Dharmo adalah sebuah perkumpulan pemuda yang berasal dari Jawa pada tahun 1915 di gedung kebangkitan nasional. Organisasi ini kemudian mengubah nama menjadi Jong Jawa pada kongres di Solo. Arti definisi / pengertian dari tri koro dharmo adalah Tiga Tujuan Mulia.

3. Jong Sumatra Bond (Persatuan Pemuda Sumatra)

Organisasi oni berdiri pada tahun 1917 yang memiliki tujuan untuk mempererat hubungan antar pelajar yang berasal dari sumatera. Beberapa toko terkenal dari organisasi ini yaitu seperti M. Hatta dsan M. Yamin.

4. Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia

Organisasi yang satu ini berdiri pada tahun 1925 yang diprakarsa oleh mahasiswa Jakarta dan Bandung dengan tujuan untuk Kemerdekaan Indonesia.

5. Jong Indonesia

Perkumpulan pemuda dan pemudi ini didirikan pada tahun 1927 di Bandung di mana kemudian organisasi ini diubah menjadi Pemuda Indonesia untuk yang berjenis kelamin laki-laki dan Putri Indonesia bagi yang perempuan. Pemuda Indonesia membuat kongres di mana pada kongres yang kedua menghasilkan Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928.

6. Indonesia Muda

Indonesia Muda adalah organisasi nasional yang lahir karena dorongan Sumpah Pemuda pada tahun 1930 sebagai peleburan banyak organisasi pemuda daerah / lokal.

7. Organisasi Perkumpulan Daerah

Setelah muncul jong jawa dan jong sumatra bond, maka bermunculanlah organisasi lokal kedaerahan lain seperti jong celebes, jong ambon, jong minahasa, dan lain sebagainya.



Sumber : http://organisasi.org/

Read More...

Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928

Peristiwa Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 Kongres Pemuda II - Satu Tanah Air, Bangsa dan Bahasa

Peristiwa sejarah Soempah Pemoeda atau Sumpah Pemuda merupakan suatu pengakuan dari Pemuda-Pemudi Indonesia yang mengikrarkan satu tanah air, satu bangsa dan satu bahasa. Sumpah Pemuda dibacakan pada tanggal 28 Oktober 1928 hasil rumusan dari Kerapatan Pemoeda-Pemoedi atau Kongres Pemuda II Indonesia yang hingga kini setiap tahunnya diperingati sebagai Hari Sumpah Pemuda.

Kongres Pemuda II dilaksanakan tiga sesi di tiga tempat berbeda oleh organisasi Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI) yang beranggotakan pelajar dari seluruh wilayah Indonesia. Kongres tersebut dihadiri oleh berbagai wakil organisasi kepemudaan yaitu Jong Java, Jong Batak, Jong, Celebes, Jong Sumatranen Bond, Jong Islamieten Bond, Jong Ambon, dsb serta pengamat dari pemuda tiong hoa seperti Kwee Thiam Hong, John Lauw Tjoan Hok, Oey Kay Siang dan Tjoi Djien Kwie.

Isi Dari Sumpah Pemuda Hasil Kongres Pemuda Kedua :

PERTAMA : Kami Poetera dan Poeteri Indonesia, Mengakoe Bertoempah Darah Jang Satoe, Tanah Indonesia. (Kami Putra dan Putri Indonesia, Mengaku Bertumpah Darah Yang Satu, Tanah Indonesia).

KEDOEA : Kami Poetera dan Poeteri Indonesia, Mengakoe Berbangsa Jang Satoe, Bangsa Indonesia. (Kami Putra dan Putri Indonesia, Mengaku Berbangsa Yang Satu, Bangsa Indonesia).

KETIGA : Kami Poetera dan Poeteri Indonesia, Mendjoendjoeng Bahasa Persatoean, Bahasa Indonesia. (Kami Putra dan Putri Indonesia, Menjunjung Bahasa Persatuan, Bahasa Indonesia).

Dalam peristiwa sumpah pemuda yang bersejarah tersebut diperdengarkan lagu kebangsaan Indonesia untuk yang pertama kali yang diciptakan oleh W.R. Soepratman. Lagu Indonesia Raya dipublikasikan pertama kali pada tahun 1928 pada media cetak surat kabar Sin Po dengan mencantumkan teks yang menegaskan bahwa lagu itu adalah lagu kebangsaan. Lagu itu sempat dilarang oleh pemerintah kolonial hindia belanda, namun para pemuda tetap terus menyanyikannya.

Apabila kita ingin mengetahui lebih lanjut mengenai banyak hal tentang Sumpah Pemuda kita bisa menunjungi Museum Sumpah Pemuda yang berada di Gedung Sekretariat PPI Jl. Kramat Raya 106 Jakarta Pusat. Museum ini memiliki koleksi utama seperti biola asli milik Wage Rudolf Supratman yang menciptakan lagu kebangsaan Indonesia Raya serta foto-foto bersejarah peristiwa Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928 yang menjadi tonggak sejarah pergerakan pemuda-pemudi Indonesia.

Website Musium : www.museumsumpahpemuda.go.id

http://organisasi.org/

Read More...

Tokoh-Tokoh Proklamasi 17 Agustus 1945

Tokoh-Tokoh Proklamasi 17 Agustus 1945 Dan Perannya Pada Persiapan Pelaksanaan Proklamasi

Berikut ini adalah daftar orang yang memiliki peran serta dalam mempersiapkan pelaksanaan proklamasi pada 17 agustus 1945 jam 10.00 wib di jl. pegangsaan timur no.56 jakarta. Berikut ini adalah nama tokoh tersebut beserta aktivitasnya pada waktu itu yaitu :

1. Soekarno dan M. Hatta
Kedua tokoh pahlawan Negara Indonesia itu merumuskan naskah proklamasi bersama dengan Soebardjo. Sukarno dan Bung Karno diangkat sebagai Presiden Republik Indonesia dan M.Hatta sebagai Wakil Presiden Republik Indonesia pertama.

2. Sayuti Melik
Beliau adalah tokoh yang mengetik naskah teks proklamasi setelah disempurnakan dari naskah tulisan tangan asli.

3. Sukarni
Sukarni adalah tokoh pemuda yang sebelumnya pernah memimpin asrama angkatan baru yang berlokasi di menteng raya 31.

4. B.M. Diah
Beliau merupakan tokoh yang berperan sebagai wartawan dalam menyiarkan kabar berita Indonesia Merdeka ke seluruh penjuru tanah air.

5. Latif Hendraningrat, S. Suhud dan Tri Murti
Mereka berperan penting dalam pengibaran bendera merah putih pada acara proklamasi 17-08-1945. Tri Murti sebagai petugas pengibar pemegang baki bendera merah putih.

6. Frans S. Mendur
Beliau seorang wartawan yang menjadi perekam sejarah melalui gambar-gambar hasil bidikannya pada peristiwa-peristiwa perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia bersama kawan-kawannya di Ipphos (Indonesia Press Photo Service).

7. Syahrudin
Adalah seorang telegraphis pada kantor berita Jepang yang mengabarkan berita proklamasi kemerdekaan Negara Indonesia ke seluruh dunia secara sembunyi-sembunyi ketika personil jepang istirahat pada tanggal 17 agustus 1945 jam 4 sore.

8. Soewirjo
Beliau adalah walikota Jakarta Raya yang mengusahakan kegiatan upacara proklamasi dan pembacaan proklamasi berjalan aman dan lancar.



Sumber : http://organisasi.org/

Read More...

Monday, October 27, 2008

Detik-Detik Proklamasi Dan Makna Proklamasi Kemerdekaan RI

Sejarah Detik-Detik Proklamasi Dan Makna Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia



Pelaksanaan acara proklamasi hari kemerdekaan Bangsa dan Negara Indonesia dilaksanakan pada tanggal 17 Augustus 1945 di Jl. Pegangsaan Timur No.56 Jakarta pukul 10.00 wib. Setelah bendera sang merah putih berkibar, para hadirin dengan spontan dan serentak menyanyikan lagu Indonesia Raya ciptaan W.R. Supratman.

Jadwal Acara Proklamasi 17-08-1945 :
1. Pembacaan proklamasi yang kemudian dilanjutkan dengan pidato singkat Ir. Soekarno.
2. Pengibaran Sang Bendera Merah Putih.
3. Kata Sambutan dari Suwiryo.
4. Sambutan dari Dr. Muwardi selaku panitia keamanan.

Makna Proklamsi Kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia :
1. Telah lahir sebuah negara dan bangsa baru yang merdeka dan berdaulat.
2. Adanya revolusi untuk memindahkan kekuasaan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.
3. Bebas dari segala bentuk janji muluk kemerdekaan dari pemerintah Jepang.

Tambahan :
Temukan artikel lain mengenai proklamasi di situs organisasi.org ini dengan fitur pencari.

Sumber : http://organisasi.org/

Read More...

Organisasi Budi Utomo

Organisasi Pergerakan Nasional Budi Utomo Menghadapi Kekuasaan Kolonial Hindia Belanda Tahun 1908


Budi Utomo adalah organisasi pergerakan modern yang pertama di Indonesia dengan memiliki struktur organisasi pengurus tetap, anggota, tujuan dan juga rencana kerja dengan aturan-aturan tertentu yang telah ditetapkan. Budi utomo pada saat ini lebih dikenal oleh masyarakat sebagai salah satu STM yang memiliki siswa yang suka tawuran, bikin rusuh, bandel, dan sebagainya. Biasanya anak sekolah tersebut menyebut dengan singkatan Budut / Boedoet (Boedi Oetomo). Pada artikel kali ini yang kita sorot adalah Budi Utomo yang organisasi jaman dulu, bukan yang STM.

Budi Utomo didirikan oleh mahasiswa STOVIA dengan pelopor pendiri Dr. Wahidin Sudirohusodo dan Sutomo pada tanggal 20 Mei 1908 yang bertujuan untuk memajukan Bangsa Indonesia, meningkatkan martabat bangsa dan membangkitkan Kesadaran Nasional. Tanggal 20 Mei 1908 biasa diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional Indonesia.

Sebagai suatu organisasi yang baik, Budi Utomo memberikan usulan kepada pemerintah Hidia Belanda sebagai mana berikut ini :
1. Meninggikan tingkat pengajaran di sekolah guru baik guru bumi putera maupun sekolah priyayi.
2. Memberi beasiswa bagi orang-orang bumi putera.
3. Menyediakan lebih banyak tempat pada sekolah pertanian.
4. Izin pendirian sekolah desa untuk Budi Utomo.
5. Mengadakan sekolah VAK / kejuruan untuk para bumi putera dan para perempuan.
6. Memelihara tingkat pelajaran di sekolah-sekolah dokter jawa.
7. Mendirikan TK / Taman kanak-kanak untuk bumi putera.
8. Memberikan kesempatan bumi putra untuk mengenyam bangku pendidikan di sekolah rendah eropa atau sekolah Tionghoa - Belanda.

Kongres pertama budi utomo diadakan di Yogyakarta pada oktober 1908 untuk mengkonsolidasikan diri dengan membuat keputusan sebagai berikut :
1. Tidak mengadakan kegiatan politik.
2. Bidang utama adalah pendidikan dan kebudayaan.
3. Terbatas wilayah jawa dan madura.
4. Mengangkat R.T. Tirtokusumo yang menjabat sebagai Bupati Karanganyar sebagai ketua.

Pemerintah Hindia-Belanda mengesahkan Budi Utomo sebaga badan hukum yang sah karena dinilai tidak membahayakan, namun tujuan organisasi Budi Utomo tidak maksimal karena banyak hal, yakni :
1. Mengalami kesulitan dinansial
2. Kelurga R.T. Tirtokusumo lebih memperhatikan kepentingan pemerintah kolonial daripada rakyat.
3. Lebih memajukan pendidikan kaum priyayi dibanding rakyat jelata.
4. Keluarga anggota-anggota dari golongan mahasiswa dan pelajar.
5. Bupati-bupati lebih suka mendirikan organisasi masing-masing.
6. Bahasa belanda lebih menjadi prioritas dibandingkan dengan Bahasa Indonesia.
7. pengaruh golongan priyayi yang mementingkan jabatan lebih kuat dibandingkan yang nasionalis.

Keterangan :

Bumi Putera adalah bukan bank atau lembaga keuangan bisnis lainnya, tetapi yang dimaksud dengan bumi putera adalah warga pribumi yang pada zaman dahulu dianggap sebagai warga tingkat rendah dibanding warga ras eropa, cina, arab, dan lain-lainnya.

Sumber : http://organisasi.org/

Read More...

Tiga Tuntutan Rakyat (Tritura)

Tritura - Tiga Tuntutan Rakyat / Tri Tuntutan Rakyat Indonesia - Sejarah Setelah Kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia

Tritura adalah kependekan atau singkatan dari tri tunturan rakyat atau tiga tuntutan rakyat yang dicetuskan dan diserukan oleh para mahasiswa KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia) dengan didukung oleh Angkatan Bersenjata Republik Indonesia / ABRI pada tahun 1965 yang ditujukan kepada Pemerintah.

Sebelumnya tunturan pembubaran PKI serta perombakan kabinet pada pemerintah telah digaungi oleh KAP-Gestapu yang merupakan singkatan dari (Kesatuan Aksi Pengganyangan Gerakan 30 September).

Tritura atau Tiga Tuntutan Rakyat Berisi / Memiliki Isi :
1. Bubarkan PKI
2. Perombakan Kabinet
3. Turunkan Harga


Sumber : http://organisasi.org/
Read More...

ASEAN dan Sejarahnya

ASEAN dan Sejarahnya

ASEAN adalah kepanjangan dari Association of South East Asia Nations. ASEAN disebut juga sebagai Perbara yang merupakan singkatan dari Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara. Gedung sekretarian ASEAN berada di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Indonesia. ASEAN didirikan tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok. ASEAN diprakarsai oleh 5 menteri luar negeri dari wilayah Asia Tenggara, yaitu Indonesia, Malaysia, Thailand, Filipina dan Singapura :

1. Perwakilan Indonesia : Adam Malik
2. Perwakilan Malaysia : Tun Abdul Razak
3. Perwakilan Thailand : Thanat Koman
4. Perwakilan Filipina : Narcisco Ramos
5. Perwakilan Singapura : S. Rajaratnam

Sedangkan terdapat negara-negara lain yang bergabung kemudian ke dalam ASEAN sehingga total menjadi 11 negara, yaitu :

1. Brunei Darussalam tangal 7 Januari 1984
2. Vietnam tangal 28 Juli 1995
3. Myanmar tangal 23 Juli 1997
4. Laos tangal 23 Juli 1997
5. Kamboja tangal 16 Desember 1998
6. Timor Leste


Sumber : http://organisasi.org/
Read More...

Perjanjian / Perundingan Linggar Jati

Perjanjian / Perundingan Linggar Jati - Diplomasi Sejarah Indonesia Nasional Antara Republik Indonesia dengan Belanda

Perjanjian linggar jati adalah suatu perjanjian yang dilakukan antara Sutan Sahmi dari pihak Indonesia dengan Dr.H.J. Van Mook dari pihak pemerintah Belanda. Kesepakatan linggar jati yang berlangsung selama 4 (empat) hari disepakati di sebuah desa linggar jati di daerah Kabupaten Kuningan.

Hasil perundingan tertuang dalam 17 pasal. 4 (Empat) isi pokok pada perundingan linggar jati adalah :

1. Belanda mengakui secara defacto wilayah RI / Republik Indonesia, yaitu Jawa, Sumatera dan Madura.

2. Belanda harus meninggalkan wilayah RI paling lambat tanggal 1 januari 1946.

3. Pihak Belanda dan Indonesia Sepakat membentuk negara Republik Indonesia Serikat atau RIS.

4. Dalam bentuk RIS indonesia harus tergabung dalam Commonwealth / Uni Indonesia Belanda dengan mahkota negeri Belanda debagai kepala uni.

Dengan adanya kesepakatan perjanjian / perundingan linggar jati, Negara Indonesia mengalami kekalahan selangkah. Selanjutnya setelah terbentuk negara RIS pihak Belanda bertindak sewenang-wenang yang merugikan RI. Kemudian terjadilah agresi militer I / pertama yang dijelaskan pada artikel lain di situs ini.


Sumber : http://organisasi.org/
Read More...

Daftar Nama Pahlawan Revolusi

Daftar Nama Pahlawan Revolusi Korban Kekejaman Peristiwa Gerakan 30 September PKI 1965 G/30S/PKI Gestapu - Sejarah Indonesia

7 Korban kebiadaban PKI disiksa dan dibunuh tanggal 1 oktober 1965 ditemukan pada sumur tua di daerah lubang buaya jakarta timur. Setiap tanggal 1 oktober diperingati sebagai hari kesaktian pancasila.

Nama-nama pahlawan revolusi :
1. Ahmad Yani, Jend. Anumerta
2. Donald Ifak Panjaitan, Mayjen. Anumerta
3. M.T. Haryono, Letjen. Anumerta
4. Piere Tendean, Kapten CZI Anumerta
5. Siswono Parman, Letjen. Anumerta
6. Suprapto, Letjen. Anumerta
7. Sutoyo Siswomiharjo, Mayjen. Anumerta

Korban tewas lain peristiwa G 30S PKI :
1. Katamso Dharmokusumo, Brigjen. Anumerta
2. Sugiyono Mangunwiyoto, Kolonel. Anumerta
3. Karel Sasuit Tubun, AIP II
4. Ade Irma Suryani Nasution putri Jend. A.H. Nasution

Sumber : http://organisasi.org
Read More...

Konferensi Asia Afrika

Konferensi Asia Afrika / KAA di Bandung 18 April 1955 - Negara Peserta & Hasil KAA Dasasila Bandung / Bandung Declaration

Konfrensi Asia Afrika yang pertama (KAA I) diadakan di kota Bandung pada tanggal 19 april 1955 dan dihadiri oleh 29 negara kawasan Asia dan Afrika. Konferensi ini menghasilkan 10 butir hasil kesepakatan bersama yang bernama Dasasila Bandung atau Bandung Declaration. Dengan adanya Dasa Sila Bandung mampu menghasilkan resolusi dalam persidangan PBB ke 15 tahun 1960 yaitu resolusi Deklarasi Pembenaran Kemerdekaan kepada negara-negara dan bangsa yang terjajah yang lebih dikenal sebagai Deklarasi Dekolonisasi. Negara-Negara Peserta yang mengikuti Konferensi Asia Africa KAA 1 di Bandung :

1. Indonesia
2. Afghanistan
3. Kamboja
4. RRC / Cina
5. Mesir
6. Ethiopia
7. India
8. Filipina
9. Birma
10. Pakistan
11. Srilanka
12. Vietnam Utara
13. Vietnam Selatan
14. Saudi Arabia
15. Yaman
16. Syiria
17. Thailand
18. Turki
19. Iran
20. Irak
21. Sudan
22. Laos
23. Libanon
24. Liberia
25. Thailand
26. Ghana
27. Nepal
28. Yordania
29. Jepang Sepuluh (10) inti sari / isi yang terkandung dalam Bandung Declaration / Dasasila Bandung : 1. Menghormati hak-hak dasar manusia seperti yang tercantum pada Piagam PBB.
2. Menghormati kedaulatan dan integritas semua bangsa.
3. Menghormati dan menghargai perbedaan ras serta mengakui persamaan semua ras dan bangsa di dunia.
4. Tidak ikut campur dan intervensi persoalan negara lain.
5. Menghormati hak setiap bangsa untuk mempertahankan diri baik sendiri maupun kolektif sesuai dengan piagam pbb.
6. Tidak menggunakan peraturan dari pertahanan kolektif dalam bertindak untuk kepentingan suatu negara besar.
7. Tidak mengancam dan melakukan tindak kekerasan terhadap integritas teritorial atau kemerdekaan politik suatu negara.
8. Mengatasi dan menyelesaikan segala bentuk perselisihan internasional secara jalan damai dengan persetujuan PBB.
9. Memajukan kepentingan bersama dan kerjasama.
10. Menghormati hukum dan juga kewajiban internasional.

Sumber: http://organisasi.org/konferensi_asia_afrika_kaa_di_bandung_18_april_1955_negara_
peserta_hasil_kaa_dasasila_bandung_bandung_declaration
Read More...

Pertemuan Soekarno/Hatta dengan Jenderal Mayor Nishimura dan Laksamana Muda Maeda ====

==== Pertemuan Soekarno/Hatta dengan Jenderal Mayor Nishimura dan Laksamana Muda Maeda ====

Malam harinya, Soekarno dan Hatta kembali ke Jakarta. Mayor Jenderal [[Moichiro Yamamoto]], Kepala Staf Tentara ke XVI (Angkatan Darat) yang menjadi Kepala pemerintahan militer Jepang (''Gunseikan'') di [[Hindia Belanda]] tidak mau menerima Sukarno Hatta yang diantar oleh Maeda dan memerintahkan agar Mayor Jenderal [[Otoshi Nishimura]], Kepala Departemen Urusan Umum pemerintahan militer Jepang, untuk menerima kedatangan rombongan tersebut. Nishimura mengemukakan bahwa sejak siang hari tanggal 16 Agustus 1945 telah diterima perintah dari Tokio bahwa Jepang harus menjaga Status quo, tidak dapat memberi ijin untuk mempersiapkan proklamasi Kemerdekaan Indonesia sebagaimana telah dijanjikan oleh Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam.[[Soekarno]] dan [[Hatta]] menyesali keputusan itu dan menyindir Nishimura apakah itu sikap seorang perwira yang bersemangat Bushido, ingkar janji agar dikasihani oleh Sekutu. Akhirnya Sukarno-Hatta meminta agar Nishimura jangan menghalangi kerja PPKI, mungkin dengan cara pura-pura tidak tau. Melihat perdebatan yang panas itu Maeda dengan diam-diam meninggalkan ruangan karena diperingatkan oleh Nishimura agar Maeda mematuhi perintah Tokio dan dia mengetahui sebagai perwira penghubung Angkatan Laut (Kaigun) di daerah Angkatan Darat (Rikugun) dia tidak punya wewenang memutuskan.

Setelah dari rumah Nishimura, Sukarno-Hatta menuju rumah [[Laksamana Maeda]] (kini Jalan Imam Bonjol No.1) diiringi oleh Myoshi guna melakukan rapat untuk menyiapkan teks [[Proklamasi]]. Setelahmenyapa Sukarno-Hatta yang ditinggalka berdebat dengan Nishimura, Maeda mengundurkan diri menuju kamar tidurnya. Penyusunan teks Proklamasi dilakukan oleh Soekarno, M. Hatta, Achmad Soebardjo dan disaksikan oleh Soekarni, BM Diah, Sudiro (Mbah) dan Sajuti Melik. Myoshi yang setengah mabuk duduk di kursi belakang mendengarkan penyusunan teks tersebut tetapi kemudian ada kalim dari Shigetada Nishijima seolah-olah dia ikut mencampuri penyusunan teks proklamasi dan menyarankan agar pemindahan kekuasaan itu hanya berarti kekuasaan administratif. Tentang hal ini Bung Karno menegaskan bahwa pemindahan kekuasaan itu berarti "tranfer of power". Bung Hatta, Subardjo, BM Diah, Sukarni, Sudiro dan Sayuti Melik tidak ada yang membenarkan klaim Nishijima tetapi di beberapa kalangan klaim Nisjijima masih didengungkan.

Setelah konsep selesai disepakati, Sajuti menyalin dan mengetik naskah tersebut. Pada awalnya pembacaan proklamasi akan dilakukan di [[Lapangan Ikada]], namun berhubung alasan keamanan dipindahkan ke kediaman Soekarno, [[Jalan Pegangsaan Timur 56]][http://sejarahkita.blogspot.com/2006/08/sekitar-proklamasi-5.html Sekitar Proklamasi 5 oleh Rushdy Hoesein] (sekarang Jl. Proklamasi no. 1).

Sumber : http://id.wikipedia.org

Read More...

PERANG KEMERDEKAAN DI MADURA

PERANG KEMERDEKAAN DI MADURA

Oleh : Bangkalan Memory

Gerakan pembersihan didalam daerah yang telah diduduki oleh Belanda berjalan tidak selancar seperti diperkirakan semula. Hambatan dan gangguan dari pihak pejuang-pejuang yang bertubi-tubi tidak memberi kesempatanpada tentara Belanda dan pemerintahan sipilnya yang disebur Recomba untuk dapat diam dan bersenang-senang.

Dengan demikian Belanda terpaksa mengakui dan menyadari bahwa Jawa Timur tidak sepenuhnya dapat dikuasai. Oleh karena itu Belanda berkesimpulan bahwa harus ada aksi lanjutanuntuk dapat menguasai sisa daerah Karesidenan, agar dapat dikatakan bahwa seluruh daerah Jawa Timur sudah dapat diduduki. Hal semacam itu berlaku dan terjadi pula bagi daerah Jawa Tengah, Jawa Barat dan lain-lain seperti di Sumatra dan sebagainya. Menaklukkan dan menduduki pulau Madura terlebih dahuludengan kekuatan besar-besaran (tidak seimbang dengan kecilnya Pulau Madura), merupakan strategi dan taktik Belanda dan mereka memperkirakan bahwa dalam 7 hari saja seluruh Pulau Madura dapat mereka kuasai. Perkiraan tersebut berdasarkan pada kondisi Madura yang tidak atau kurang memungkinkan perang gerilya, karena daerahnya hampir semuanya datar, sehingga mudah didatangi oleh pihak Belanda. Dari segi ekonomis, alamnya minus dan hasil buminya hanya cukup dimakan oleh penduduk selama empat bulan. Tentara Belanda yang berkedudukan di Jawa Timur adalah Divisi I berada di Surabaya, yang didampingi oleh Van der Plas, seorang Islamolog yang pandai berbahasa Madura dan pernah menjabat Gubernur Jawa Timur dalam jaman penjajahan. Ia berusaha mendekati/mengambil hati rakyat Madura umumnya, para Ulama, Kyai dengan pesantrennya pada khususnya. Dalam kenyataannya, rakyat Madura yang bersatu kompak dengan Tentara Keamanan Rakyat, Kelaskaran, Kepolisian, Mobbrig dan ALRI menyuguhkan perlawanan yang gilang-gemilang, sehingga waktu tujuh hari jauh terlampaui dan baru setelah tiga bulan dengan susah payah akhirnya Belanda mencapai hasil dapat menguasai/menaklikkan Madura seluruhnya.

KONDISI PERTAHANAN Sebelum terjadinya Aksi Militer Belanda I (Clash I) Pulau Madura dipertahankan oleh satu Residen dengan enam Batalyon Tentara Nasional Indonesia ditambah dengan Badan-Badan Kelaskaran Perjuangan, dan rakyat jelatapun ikut serta didalamnya termasuk para Kyai dan kaum wanita yang lazim disebut Perjuangan Rakyat Semesta. Pulau Madura dibagi menjadi 4 Sektor, yaitu 1. Sektor I Madura Barat, meliputi : Daerah Bangkalan yang dipimpin oleh Mayor Hanafi dan Mayor Azis. 2. Sektor II meliputi : Daerah Sampang/Waru yang dipimpin oleh Mayor R. Cokrodirejo. 3. Sektor III meliputi : Daerah Pamekasan yang dipimpin oleh Mayor Sulaiman. 4. Sektor IV meliputi : Daerah Sumenep yang dipimpin oleh M. Abdul Majid. Kemudian sewaktu Clash dimulai, atas perintah Komandan Resimen 35/ Komandan Sub Territorial, pimpinan Sektor III dialihkan kepada Mayor RS. Mangkudiningrat, berhubung dengan kesehatan Mayor Sulaiman tidak mengijinkan. Seluruh Madura dalam halm itu berada dibawah pimpinan Tentara Keamanan Rakyat/Tentara Nasional Indonesia dengan Letnan Kolonel Chandra Hassan sebagai Komandan Resimen 35, Sub Territorial Madura. Pertahanan Tentara Keamanan Rakyat/Tentara Nasional Indonesia dimasa Republik Indonesia, bila dibandingkan dengan pada waktu penjajahan Belanda dan Jepang memang jauh berbeda baik dala hal persenjataan maupun dalam hal perlengkapan-perlengkapan lainnya. Setiap Batalyon hanya bersenjatakan lebih kurang 30 senapan, 4 senapan mesin/mitraliur yang sudah tua dan sering macet. Diantara Batalyon-Batalyon tersebut ada yang mempunyai mortir (tidak lengkap) dan watermantel. Perlu disebutkan pula bahwa masa-masa menjelang Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, secara diam-diam Jepang membuang semua senjata dari kelima Daidan/Batalyon PETA ke dalam laut Selat Madura, setelah secara halus 5 Daidan/Batalyon PETA tersebut dibubarkan. Selain itu masyarakat umum telah maklum bahwa seteh Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia perlengkapan keperluan ketentaraan harus direbut dari Tentara Jepang yang ternyata mendapatkan perlawanan dari pihak Jepang. Perlu diketahui bahwa dalam keadaan yang serba kurangdan kesibukan penyusunan organisasi termasuk pencarian dan pengusahaan tambahan kelengkapan senjata, Tentara Republik Indonesia dihadapkan kepada situasi yang sulit dalam menghadapi pihak Belanda yang mengekor tentara Sekutu mendarat di belakangnya.

SEKTOR I, MADURA BARAT (DAERAH KABUPATEN BANGKALAN) Susunan dan kekuatan Residen Asmoroyudo pada akhir tahun 1946, sebelumnya dilancarkan Clash I oleh Belanda, Resimen V tersebut terdiri dari 4 Batalyon, antara lain : 1. Batalyon Imbran, lokasi di Kamal - Batuporron 2. Batalyon Azis, lokasi di Sukolilo - Kwanyar 3. Batalyon Warsito, lokasi di Sampang dan sekitarnya 4. Batalyon Hanafi, lokasi di Bangkalan - Arosbaya dalam rangka reorganisasi Tentara Rakyat Indonesia keseluruhan berdasarkan perintah Panglima Divisi Narotama, Resimen V tersebut harus dilebur dan dilikwidasi ubtuk digabung dengan Resimen VI, sehingga terbentuk Resimen 35 dibawah pimpinan Letnan Kolonel Chandra Hassan yang bermarkas di Pamekasan. Kekuatan Resimen V dibawah pimpinan Letnan Kolonel Asmoroyudo, mempunyai persenjataan keseluruhannya hanya sebesar 1 Batalyon ditambahbattery pom-pom 20 mm dan dua pucuk senapan mesin 12,7 mm. Inti kekuatan tersebut bertumpu pada Batalyon Hanafi yang mempunyai persenjataan sebagai berikut : 4 Senapan Mesin Hotchkiss (Air Cooling) 4 Senapan Mesin Colt (Water Cooling) 3 Mortir 81 mm 4 Senapan Mesin Hamburg (Belgie) 300 Pucuk Senapan Jepang 25 Picuk Pistol Batalyon yang lain tidak riil, misalnya Batalyon Azis persenjataannya 1 berbanding 30, Batalyon Imbran lebih kurang lagi.

Dikutip dari : Buku Perjuangan Kemerdekaan Republik Indonesia di Madura
http://www.bangkalan-memory.net
Read More...

PERANG KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA 1945-1949

PERANG KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA 1945-1949

Proklamasi kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945 membawa Indonesia ke tahap yang baru, setelah terakhir kali berada dalam negara kesatuan Majapahit, Demak dan Mataram. Kini Indonesia berada dalam negara kesatuan Indonesia.
Teks Proklamasi

Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia.
Hal-hal yang menyangkut pengalihan kekuasaan dan lain-lain akan dilakukan
dengan seksama dan dalam tempo sesingkat-singkatnya.

Jakarta, 17 Agustus 1945

Soekarno Hatta
Atas Nama Bangsa Indonesia


Periode perang kemerdekaan 1945-1949 merupakan periode perang paling besar, Indonesia yang baru saja lahir harus menghadapi kekuatan Jepang, sekutu yang dimotori Inggris serta Belanda yang ikut membonceng.

Bangsa Indonesia yang baru saja gegap-gempita menjadi negara merdeka menghadapi ancaman asing, Sekutu yang tidak menyadari bahwa Indonesia baru saja memerdekakan dirinya melihat bahwa Indonesia masih kosong kekuasaan. Belanda yang baru saja sembuh dari serbuan Jerman ingin kembali menguasai Indonesia. Belanda menyadari untuk masuk ke Indonesia mereka harus menggunakan pasukan sekutu.

Berikut ini rangkuman perang yang terjadi saat sekutu mulai melaksanakan agresi militer ke Indonesia :

1. 18-25 Agustus 1945
Jepang membubarkan Peta/Giyujun dan Haeiho, kelak para tentara inilah yang menjadi dasar pembentukan tentara keamanan rakyat Indonesia serta laskar-laskar bersenjata lainnya.

2. September 1945
Sekutu memasuki Indonesia, sekutu mengambil alih kekuasaan dari Jepang.

3. 10 November 1945 Hari Pahlawan
Soetomo atau yang lebih dikenal sebagai Bung Tomo hadir pada saat yang tepat, saat kekuatan asing mengancam Indonesia, dia membangkitkan semangat rakyat Indonesia khususnya rakyat Surabaya. Sebelum perang 10 November 1945, Inggris telah menempatkan sekitar 6.000 pasukan di Surabaya. Menghadapi kekuatan sekutu seluruh Ulama Indonesia mewajibkan jihad bagi setiap kaum muslimin, kekuatan TNI dan laskar serta rakyat Surabaya hampir saja memusnahkan pasukan sekutu. Namun sekutu mengundangkan Soekarno untuk menghentikan perang, namun perang tidak berhenti, baru saja sehari Presiden Soekarno kembali ke Jakarta, perang pecah kembali, hal ini dipicu oleh tewasnya brigadir Jenderal A.W.S Mallaby, selama hampir satu bulan penuh tanpa henti perang terjadi di Surabaya dan sekitarnya. TNI bersama rakyat melakukan gerilya untuk mengalahkan tentara sekutu. hasil dari pertempuran Surabaya Inggris menyadari tindakan paling bijaksana adalah mengakui kedaulatan Indonesia.

4. 14-19 Oktober 1945 Merebut Kota Semarang
Pasukan Jepang yang bertugas menyerahkan kekuasaan kepada sekutu menguasai Semarang, tindakan ini tentu saja membuat amarah rakyat. TNI bersama rakyat dalam pertempuran lima hari Semarang, mengambil alih kota Semarang dari Jepang.

5. 1-15 Desember 1945 Palagan Ambarawa
Jenderal Soedirman memimpin TNI untuk memukul mundur tentara sekutu dibawah komando Jenderal Bethel. TNI berhasil menguasai kembali Kota Magelang dan Ambarawa. Tanggal 15 Desember diperingati sebagai hari infantri Indonesia.


arrow



Parade Angkatan Bersenjata, 5 Oktober 1946


6. 12 November 1946
Perjanjian Linggarjati

7. Januari 1946
Ibukota negara Indonesia pindah dari Jakarta ke Yogyakarta.

8. Maret 1947
Pertempuran Mojokerto, malam hari tanggal 23 Juli 1947 TNI dibawah pimpinan Mayjen Sungkono mengambil alih kota Mojokerto. Keesokan paginya TNI meninggalkan kota.

9. 27 Juli 1947
AURI melakukan serangan udara atas tiga kota yakni Semarang, Ambarawa dan Salatiga. Arti serangan ini menunjukan kepada sekutu bahwa Indonesia masih memiliki kekuatan udara.


arrow



Pameran Angkatan Udara di Maguwo Maret 1947

10. Januari 1948
Perjanjian Renville

11. Februari 1948 Bandung lautan Api
Perjanjian renvile memaksa TNI dan rakyat meninggalkan Bandung, agar kota Bandung tidak dijadikan benteng bertahanan Belanda, maka Bandung oleh TNI dan Rakyat dibakar. TNI (Divisi Siliwangi) dan rakyat mengungsi ke Jawa Tengah.


arrow



Jenderal Abdul Haris Nasution

12. 19 September 1948
TNI dengan divisi Siliwangi menumpas pemberontakan PKI di Madiun.

13. Desember 1948
TNI bersama Jenderal Soedirman melakukan perang gerilya untuk menyerang kekuatan Belanda, rute yang dilalui pasukan Jenderal Soedirman yakni Yogyakarta-Kretek-Wonosari-Wonogiri-Ponorogo-Trenggalek-karang Nongko-Kediri-Sedayu

14. 1 Maret 1949 Serangan Umum Yogyakarta
Jenderal Soeharto yang saat itu perpangkat Letnan Kolonel memimpin TNI bersama rakyat merebut kota Yogyakarta. Peranan Sri Sultan Hamengku Buwono IX sangat penting dalam serangan tersebut. Keberhasilan TNI merebut Yogyakarta dari Belanda membuat semangat juang TNI dan rakyat makin tinggi, keberhasilan ini mengangkat derajat TNI, supremasi TNI terhadap kekuatan asing makin tinggi. TNI menguasai kota selama enam jam, kemudian meninggalkan kota Yogyakarta.

15. Mei 1949
Perjanjian Roem-Roijen

16. 29 Juni 1949
Keadaan Yogyakarta yang genting, membuat para pemimpin Indonesia memindahkan Ibukota ke KotaTinggi di Sumatera, Sjafruddin Prawiranegara ditunjuk sebagai Pimpinan Pemerintah Darurat.

17. 29 Juni 1949
TNI memasuki Yogyakarta.


arrow



Yogya Juli 1949, Jenderal Soedirman ditengah diapit Kolonel Soeharto dan Sjafruddin Prawiranegara

18. Agustus 1949
Brigade 5 TNI dibawah pimpinan Kolonel Slamet Rijadi menyerang dan menguasai kota Solo.

19. 27 Desember 1949 Belanda mengakui kedaulatan Indonesia
Konferensi Meja Bundar di Den Haag, Belanda menghasilkan penyerahan kekuasaan dari Belanda ke Indonesia, Perjanjian ini juga merupakan hasil dari perang kemerdekaan, seluruh divisi dan laskar juang seperti Divisi Siliwangi, Gunung Jati, Diponogoro, Senopati, Ronggolawe, Brawijaya, Suropati, Laskar Masyumi, Hizbullah, Fi Sabilillah bersama rakyat berjuang serta upaya diplomasi dalam menegakkan kedaulatan Indonesia.

Perang terjadi diseluruh wilayah Indonesia, bukan hanya di Jawa dan Sumatera, Jenderal Soedirman dan Jenderal Nasution telah memberikan jasa yang besar kepada Republik Indonesia. Ketahanan dan Kedaulatan dapat terjaga jika TNI bersama rakyat bahu-membahu, kini kita telah berada pada era reformasi, namun sudah sepatutnya kita melihat kebelakang agar kita bisa lebih bijak, cerdas melangkah kedepan.

Sumber : http://www.tujuhtujuhtiga.com
Read More...